sekali ayom, dua tiga obyek terpapar
Partai politik beserta anak usaha sampai daerah terjauh dari ibu kota
negara, tetap memakai rumus yang tak jauh beda. Proaktif menggunakan pasal yang
masih dalam sengketa. Masih tarik ulur di dapur pacu pengoplos undang-undang. Tampak
energik, modal main dengkul.
Banyak anak bangsa pribumi nusantara yang betah dan merasa aman, nyaman,
adem ayem dengan iklim negara berkembang. Bisa berbuat apa saja dengan dalih
mengembangkan diri, mensejahterakan diri. Merasa berhak melakukan apa saja di
luar norma kehidupan bermasyarakat.
Masuk kandang pemraktik demokrasi, pakai hukum lokal. Di mana bumi dipijak,
diinjak, disitulah hukum ditanam dalam-dalam. Petugas partai yang menjabat
kepala negara, wajib tunduk kepada kebijakan partai. Tepatnya pakai asas
kepatuhan dan ketaatan kepada otoritas oknum ketua umum sebuah partai politik.
Pengalaman sebagai kader partai politik lebih utama daripada prestasi,
kinerja maupun karier. Merintis dari papan bawah, mulai dari nol. Bukan diartikan,
tak perlu dekat dekat dengan rakyat. Antara militer dengan rakyat ibarat ikan
yang butuh kolam. Tidak berlaku dipihak pengayom yang dengan dalih kewenangan
bisa bertindak sewenang-wenang.
Buang sampah sembarang tempat bisa kena tilang petugas pembuat rasa aman. Tak
beda jauh dengan cara kerja security, digaji untuk menjaga majikan dari sentuhan tangan
tak kelihatan. Tangan tak bertuan yang bebas aktif. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar