Halaman

Rabu, 10 Juli 2019

sekali ayom, dua tiga obyek terpapar


sekali ayom, dua tiga obyek terpapar

Partai politik beserta anak usaha sampai daerah terjauh dari ibu kota negara, tetap memakai rumus yang tak jauh beda. Proaktif menggunakan pasal yang masih dalam sengketa. Masih tarik ulur di dapur pacu pengoplos undang-undang. Tampak energik, modal main dengkul.

Banyak anak bangsa pribumi nusantara yang betah dan merasa aman, nyaman, adem ayem dengan iklim negara berkembang. Bisa berbuat apa saja dengan dalih mengembangkan diri, mensejahterakan diri. Merasa berhak melakukan apa saja di luar norma kehidupan bermasyarakat.

Masuk kandang pemraktik demokrasi, pakai hukum lokal. Di mana bumi dipijak, diinjak, disitulah hukum ditanam dalam-dalam. Petugas partai yang menjabat kepala negara, wajib tunduk kepada kebijakan partai. Tepatnya pakai asas kepatuhan dan ketaatan kepada otoritas oknum ketua umum sebuah partai politik.

Pengalaman sebagai kader partai politik lebih utama daripada prestasi, kinerja maupun karier. Merintis dari papan bawah, mulai dari nol. Bukan diartikan, tak perlu dekat dekat dengan rakyat. Antara militer dengan rakyat ibarat ikan yang butuh kolam. Tidak berlaku dipihak pengayom yang dengan dalih kewenangan bisa bertindak sewenang-wenang.

Buang sampah sembarang tempat bisa kena tilang petugas pembuat rasa aman. Tak beda jauh dengan cara kerja security, digaji untuk menjaga majikan dari sentuhan tangan tak kelihatan. Tangan tak bertuan yang bebas aktif.  [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar