misteri balungprit, anti
geprek lumer di lidah
Pihak
penyuka makanan ringan, penggemar jajanan pasar, penikmat kue kering / kue
basah, pelahap cemilan. Jenisnya masuk kategori jadul, kenangan lama,
nostalgia, masa kecil. Khususnya yang tersebut sebagai judul olah kata. Makanan
daerah dengan sebutan khas. Sama nama beda olahan.
Jelang
buka puasa Ramadhan 1441H. Mulut pakai masker sesuai protokol kesehatan.
Jelajah jalan lingkungan multimanfaat yang tenar dengan nama jalan puskesmas. Praktis
jalan kaki, termasuk liwat gang semi-senggol. Jalan pintas di pinggir kompleks.
Berbatasan dengan hunian suku bangsa pemula.
Terdapatlah
bangunan yang jual makanan ringan partai besar maupun eceran. Bisa pesan atau
sesuai ketersediaan sesuai hasil buruan pedagang ybs. Ada sejenis makanan
kering berwarna putih. Bentuk elips, bagian bawah rata. Bukti diolah pakai oven
atau sejenis. Kemasan ringan isi 10 butir, didalamnya terselip label sederhana
depkes 1990 Tangerang. Tiap butir diwadahi kantung plastik tertutup. Ringan tapi
solid, padat. Tidak terdapat remukan di wadahnya.
Bentuk
rekahan memancing ingatan akan kue kering balungprit. Bang penjual tak tahu
nama pasti, persisnya. Satu bungkus @10 butir seharga 5 ribu Rp. Karena ringan
dan harga cukup ringan, kubeli 2 bungkus. Sampai rumah kutimbang dengan
timbangan kue. Akurat, 20 butir sekitar 250 gram.
Niat awal,
kue dipijat-pijat pakai ujung jari, agar remuk. Dijatuhkan saja, tetap kokoh,
utuh. Rencana B, kue dikeprek pelan pakai muntu agar tak berhamburan. Tumbukan atau
kepretan ringan, bolal balik. Hasilnya, tak sampai jadi tepung, butiran kecil
tidak rata. Ada yang pipih.
Remukan
5 butir dioplos dengan susu manula, oats dituang air mendidih, diaduk, ditutup
rapat. Satu jam-an jelang azan maghrib. Aneh, butiran tidak larut dalam
rendaman air mendidih. Mekar ala kadarnya, bukan adonan. Rasa selain manis,
gurih juga tidak. Enak disantap hangat usai tarawih.
Beda hari,
garwo tertarik karakter balungprit. Anti geprek plus tidak berefek sesuai harapan
saat direndam. Ambil sebutir, dipotong pas lidah. Ternyata, ketika ditaruh di
atas lidah, diemut biar menyerap ludah. Diluar dugaan hukum fisika, ternyata
balungprit mengalami kasus pelumeran. Tak perlu dikunyah pakai geraham. Ada rasa
jahe. Ada potongan kelapa muda.
Tak begitu
saja percaya hasil uji coba garwo. Kubuktikan dan terbukti sampai 3 butir. Plus
dihisap agar tak menyangkut di sisa gigi karena usia. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar