Halaman

Sabtu, 18 April 2020

negara sejahtera yang di-"nanti-nanti"-kan


negara sejahtera yang di-"nanti-nanti"-kan

Kuping awam bisa membedakan judul kalau dibunyikan maupun jika dibaca. Niat mulia penulisan bahwasanya dengan adanya skala prioritas, tingkat urgenitas, pembobotan maka usulan, proposal bisa masuk kategori lisan “nanti-nanti” tunggu giliran dipanggil. Kalau kagak penting, tak akan dilirik panitia.

Namun sekiaranya “penting” dan dibawa langsung oleh komunitas masyarakat. Soal masuk dapil pro-penguasa tentu menjadi faktor penentu. Terjadilah adu kuat saling menanti. Terlebih jika wakil rakyat tahu lurus bahwa delegasi rakyat bukan dari konstituen.

Dalil penggunaan lema ‘nanti’ menimbulkan daya konflik. Salah kaprah sengaja dipakai biar dikira gaya diplomatis. Makanya, istilah membangun atau mewujudkan kesejahteraan, bias di tangan pemerintah, penguasa segala tingkatan administrasi.

Praktik hukum positif terjadilah strategi kasus yang diambangkan, kebijakan perkara pidana dipetieskan, taktik lapangan pengalihan isu, barang bukti bertumpuk karena tuduhan pasal berlapis serta modus siapa yang berperkara. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar