negara sejahtera yang
di-"nanti-nanti"-kan
Kuping awam bisa membedakan judul kalau dibunyikan maupun
jika dibaca. Niat mulia penulisan bahwasanya dengan adanya skala prioritas,
tingkat urgenitas, pembobotan maka usulan, proposal bisa masuk kategori lisan “nanti-nanti”
tunggu giliran dipanggil. Kalau kagak penting, tak akan dilirik panitia.
Namun sekiaranya “penting” dan dibawa langsung oleh
komunitas masyarakat. Soal masuk dapil pro-penguasa tentu menjadi faktor
penentu. Terjadilah adu kuat saling menanti. Terlebih jika wakil rakyat tahu
lurus bahwa delegasi rakyat bukan dari konstituen.
Dalil penggunaan lema ‘nanti’ menimbulkan daya konflik. Salah
kaprah sengaja dipakai biar dikira gaya diplomatis. Makanya, istilah membangun atau
mewujudkan kesejahteraan, bias di tangan pemerintah, penguasa segala tingkatan
administrasi.
Praktik hukum positif terjadilah strategi kasus yang
diambangkan, kebijakan perkara pidana dipetieskan, taktik lapangan pengalihan
isu, barang bukti bertumpuk karena tuduhan pasal berlapis serta modus siapa
yang berperkara. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar