dilema Rp nusantara,
ramah investor vs tahan agresi
Masih ada pihak yang menganggap nusantara seksi,
bak gadis pingitan, bau bensin, tahu kursi sampai predikat keduniaan. Bagi
pihak cerdas mulia sudah hafal seluk-beluk adab manusia dan kemanusiaan
penyandang gelar anak cucu pancasilais sejati. Informasi komplit tersaji di
media massa pemerintah maupun gelaran berbayar.
Tak perlu pakai ilmu sisik-melik untuk menyidik,
menyelidiki mana emas 24 karat dan atau mana emas bisa berkarat. Berani malu,
berani tampil beda, berani tampil malu membuat besi dusepuh emas, dipoles emas
tampak kinclong, mencorong di media masaa.
Batu mulia alami sampai cetakan, tersedia di pasar
bebas nusantara. Manusia abal-abal bin bebal dan atau binti bebal antri di
belakang oknum ketum sebuah partai politik terbuka, bebas aktif tanpa sortir,
bebas karantina, abaikan sensor. Kuat bayar uang muka, kontan lunas tanpa
kembalian langsung jadi elite partai.
Pasang surut sistem pemerintahan tergantung praktik
demokrasi nusantara. Manusia politik segala kasta, aneka strata plus daya paham
sebagai penggoyang persatuan, kesatuan, dan keutuhan nusantara. Modus aklamasi
politis mengkalahkan akal sehat. Kendati yang ditetapkan, diterapkan adalah
kebijakan bagi semua rakyat.
Namun apa daya, daya apa yang dikandung manusia
politik nusantara. Sejarah peradaban dan kerakyatan yang akan membuktikan.
Itupun kalau disajikan apa adanya vs adanya apa. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar