nusantara kakèhan asem
gunung, kecut mbokdé mukiyo
Penggunaan kata, lema ‘akèh’ bagi masyarakat suku
bangsa Jawa, sarat simbol peradaban. Nyaris filosofis, setengah filasafati,
separuh falsafah dan daya ungkapnya tidak main-main. Mulai dimaksudkan secara
kebahasaan, lanjut dengan yang tidak kasat mata.
Seteguk air putih bagi orang yang sedang kehausan. Sangat
berarti, bermanfaat. Sedikit tapi bermanfaat banyak. Seteguk air, bisa sebagai
syarat membatalkan puasa Ramadhan saat azan mgahrib berkumandang. Tidak harus
langsung isi full tank mulai dari nol.
Bikan sekedar pada jumlah, banyaknya. Bisa meningkat
derajat ke status kerapan, frekuensi, sering. Sebaliknya, bisa juga ke ikhwal
sebaliknya, bertolak belakang. Masuk kategori ‘sekali tapi berarti’. Beda pasal
dengan rutinitas sekedar penggugur kewajiban. Pokoknya sudah melakukan sesuai
asas benar, betul, baik, bagus. Kejar nilai.
Keseringan muncul tapi tidak menambah bilangan,
tidak mengurangi masalah. Datang tidak diundang, pergi tanpa permisi. Tidak hadir
tidak ada yang mencari, malah kondisi aman, nyaman. Karakter atau oknum
dimaksud, malah menjadi sebanyak yang ada. Mulai dari kawanan bau kencur sampai
oknum bau tanah. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar