Halaman

Rabu, 15 April 2020

nusantara kakèhan asem gunung, kecut mbokdé mukiyo



nusantara kakèhan asem gunung, kecut mbokdé mukiyo

Penggunaan kata, lema ‘akèh’ bagi masyarakat suku bangsa Jawa, sarat simbol peradaban. Nyaris filosofis, setengah filasafati, separuh falsafah dan daya ungkapnya tidak main-main. Mulai dimaksudkan secara kebahasaan, lanjut dengan yang tidak kasat mata.

Seteguk air putih bagi orang yang sedang kehausan. Sangat berarti, bermanfaat. Sedikit tapi bermanfaat banyak. Seteguk air, bisa sebagai syarat membatalkan puasa Ramadhan saat azan mgahrib berkumandang. Tidak harus langsung isi full tank mulai dari nol.

Bikan sekedar pada jumlah, banyaknya. Bisa meningkat derajat ke status kerapan, frekuensi, sering. Sebaliknya, bisa juga ke ikhwal sebaliknya, bertolak belakang. Masuk kategori ‘sekali tapi berarti’. Beda pasal dengan rutinitas sekedar penggugur kewajiban. Pokoknya sudah melakukan sesuai asas benar, betul, baik, bagus. Kejar nilai.

Keseringan muncul tapi tidak menambah bilangan, tidak mengurangi masalah. Datang tidak diundang, pergi tanpa permisi. Tidak hadir tidak ada yang mencari, malah kondisi aman, nyaman. Karakter atau oknum dimaksud, malah menjadi sebanyak yang ada. Mulai dari kawanan bau kencur sampai oknum bau tanah. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar