bantuan sosial tekanan
politik vs bantuan politik tekanan sosial
Sudah jamak di kuping ada sebutan sospol, tataran
akademis maupun istilah pemerintahan. Seolah ada hubungan kekerabatan, kelogial
antara sosial dengan politik. Saking familiar, susah membedakan atau mencari
garis pemisah. Sebagai ilmu, dogma atau gaya-gayaan agar tampak gaya.
Adam sebagai manusia surga pertama. Agar tak
kesepian, Allah swt menciptakan manusia kedua, lawan-jenis bernama Hawa. Asal muasal manusia sebagai makhluk sosial.
Adam-Hawa selaku makhluk sosial berbagi nikmat surga. Allah swt menetapkan dan
menerapkan aturan main. Godaan rayuan maut iblis menjadikan Adam-Hawa menjadi
manusia pertama melanggar perintah-Nya.
Sampai akhir zaman, anak keturunan Adam-Hawa
menjadi manusia bumi. Agar supaya dapat kembali sebagai manusia surga, manusia
wajib melaksanakan segala perintah-Nya sekaligus menjauhi semua larangan-Nya.
Selama hidup di dunia, manusia tak akan luput dari cobaan dan ujian kehidupan
dari-Nya.
Status khalifah berbasis satuan makhluk sosial,
terjadi klasifikasi yang berdampak pada martabat, kodrat manusia. Keragaman
horisontal atau diferensiasi sosial, masih lumayan imbang pro dan kontranya.
Masih manusiawi untuk memudahkan urusan hidup.
Lain pasal dengan stratifikasi sosial alias
keragaman vertikal. Manusia bisa beda dan memang beda, tapi jangan dipertajam.
Soal ada kasta pada agama bumi, itu HAM universal kiranya. Untung tak dapat
dihitung. Kehidupan manusia bermasyarakat diperlukan tata aturan yang disebut pranata
sosial. Kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara melahirkan partai politik.
Pemirsa berharap muncul pranata politik (bukan bagi-bagi kursi penyelenggara
negara).
Pranata sosial berbahan baku aneka norma yang
berlangsung di masyarakat. Pranata politik bentuk nyata, wujud praktik hukum
rimba politik nusantara. Penyebab pertama dan utama konflik sosial sudah
dilegalitas adalah politik. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar