kata hati pilih bungkam
ketimbang
Banyak kebetulan tapi bukan banyak kebenaran
apalagi jalan kebenaran pada tradisi politik dan perpolitikkan nusantara. Terbukti
secara akademik, praktik kebangsaan partai politik secara tak sadar telah melakukan
penyimpangan penuh gaya atas logika awam masyarakat. Tradisi moral antar kaum
menjadi jejaring penguat daya kemasyarakatan.
Modus gerak bebas tanpa batas kawanan maupun
loyalis politisi sipil, tak pernah lepas dari dua dalil : (1) sengaja tertipu, karena tidak mempunyai alat kelengkapan diri
berupa niat ikhlas dan kadar cerdas diri untuk melakukan integrasi dengan
warisan luhur politik; (2) menipu tanpa merasa tertipu, karena daya jangkau
kadar cerdas diri bak berkacamata kuda sibuk lari di tempat, di bawah ketiak.
Istilah lingkungan strategis pernah populer sebagai
rujukan. Sejalan dengan paham ekonomi makro selaku fungsi penentu perputran
roda ekonomi nasional nusantara. Pengalihan isu nasional selalu muncul di
kancah presiden dalam periodenya. Beda pada apakah presiden terjun langsung
atau sebaliknya.
Ironis binti miris, tatkala negara bersama negara
lain sibuk mendapat tekanan atau intimidasi, intervensi, invasi Covid-19. Pihak
yang selalu merasa sebagai pemegang kasta trah notonegoro, gemar buka suara
tanpa aroma irama nada. Tiba-tiba tanpa komando, tanpa aba-aba lenyap senyap tiarap
bak orong-orong kepidak. Namanya politik, selain tak mau rugi. Paham betul tata
cara agar tak rugi sendirian, menjadi korban salah sasaran. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar