Halaman

Rabu, 22 April 2020

kata hati pilih bungkam ketimbang

kata hati pilih bungkam ketimbang

Banyak kebetulan tapi bukan banyak kebenaran apalagi jalan kebenaran pada tradisi politik dan perpolitikkan nusantara. Terbukti secara akademik, praktik kebangsaan partai politik secara tak sadar telah melakukan penyimpangan penuh gaya atas logika awam masyarakat. Tradisi moral antar kaum menjadi jejaring penguat daya kemasyarakatan.

Modus gerak bebas tanpa batas kawanan maupun loyalis politisi sipil, tak pernah lepas dari dua dalil : (1) sengaja  tertipu,  karena tidak mempunyai alat kelengkapan diri berupa niat ikhlas dan kadar cerdas diri untuk melakukan integrasi dengan warisan luhur politik; (2) menipu tanpa merasa tertipu, karena daya jangkau kadar cerdas diri bak berkacamata kuda sibuk lari di tempat, di bawah ketiak.

Istilah lingkungan strategis pernah populer sebagai rujukan. Sejalan dengan paham ekonomi makro selaku fungsi penentu perputran roda ekonomi nasional nusantara. Pengalihan isu nasional selalu muncul di kancah presiden dalam periodenya. Beda pada apakah presiden terjun langsung atau sebaliknya.

Ironis binti miris, tatkala negara bersama negara lain sibuk mendapat tekanan atau intimidasi, intervensi, invasi Covid-19. Pihak yang selalu merasa sebagai pemegang kasta trah notonegoro, gemar buka suara tanpa aroma irama nada. Tiba-tiba tanpa komando, tanpa aba-aba lenyap senyap tiarap bak orong-orong kepidak. Namanya politik, selain tak mau rugi. Paham betul tata cara agar tak rugi sendirian, menjadi korban salah sasaran. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar