residivis kambuhan vs
politisi imbuhan
Katanya, melakukan perubahan ternyata beda dengan
berpolitik. Bentuk politik nusantara diterjemahkan sebagai penguasa. Perwujudan
partai politik dianggap meyakinkan, sukses dunia jika sudah terbukti berhasil
mencetak presiden dan atau wakil presiden.
Di strata daerah, eksistensi parpol di ajang
pilkada tidak pakai muatan politis. Nilai ekonomis kursi kepala daerah sebagai
faktor penentu. Koalisi parpol sesuai hukum jual-beli kursi. Siapa mau
dijadikan apa. Kader parpol walau sudah berkeringat membesarkan partai, tidak
otomatis laik laga. Elite lokal, orang kuat daerah, dinasti politik yang
bicara.
Beberapa kali pilkada serentak, masih terjadi calon
tunggal. Bukti di balik bukti, PR besar bak pencet jerawat betapa demokrasi
nusantara. Negara multipartai tidak identik banyaknya politikus berklas. Bukannya
tidak mampu mencetak kader melalui pembibitan sejak dini. Alumnus ‘sekolah
politik’ bukan jaminan martabat.
Warga binaan pemasyarakatan, punya jam terbang tahu
kehidupan 24 jam. Tanpa sertifikat yang memang sudah melekat. Dipoles secara
politis, menjadi kader unggulan.
Indikator parpol ‘tidak sehat’, ditengarai oknum
ketua umum seolah hanya bergilir ulang. Miris, pasca tidak menjabat, langsung masuk
kotak sang dalang. Pakai judul olah kata 13 Oktober 2015 “prajurit tua tak akan mati vs politisi sipil tak akan
puas sampai mati”.
Politisi sipil kambuhan, karbitan, orbitan; kader
jenggot, kader tiban, kader titipan pun sampai posturnya bak mobil antik, kuno (bahkan
sudah tidak diproduksi lagi) karena ramuan obat kuat politik merasa dirinya bak
mobil generasi terkini. Siap tancap dan injak gas. Semanat sebagai sopir tua
sudah tidak bisa menyesuaikan diri dengan spesifikasi kendaraan politik besutan
mutakhir. Sopir tua mematut diri, memaksakan diri, mengira dirinya masih
digdaya dengan ilmu masa lampaunya, mau memacu mobilnya dan mengebut di jalur
politik bebas aktif, bebas hambatan sesama jenis.
Di panggung, industri dan syahwat politik, masih
bersliweran politisi sipil yang tak mati-mati – walau bukan sebagai mayat hidup
– dan tak akan puas sampai mati. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar