bukti ringan manusia
memang
Kian
manusia berakal akan secara sadar semakin terjebak oleh akalnya. Pada derajat
tertentu, manusia dan atau orang diperbudak akalnya sendiri. Standar dan beban
ganda merasa menjadi manusia unggul.
Adalah
lidah manusia. Walau tak bercabang – tetap tak bertulang – mendominasi indra
perasa. Wajar bin lazim, jika lidah sebagai alat bantu mulut untuk: bahasa
lisan, tindak tutur, ragam ujaran, aneka ucap maupun model modus cuap. Ybs tak
merasa. Tahunya hanya ‘buka mulut’ sesuai protokol kesehatan, asupan gizi dan
suplemen rohani.
Namun,
tak perlu disayangkan. Olah jiwa, tata jiwa, terapi jiwa anak bangsa pribumi
yang ramah teknologi – khususnya TIK – semakin menambah kompleksitas duka
bangsa. Vitalitas generasi ujung jari nusantara kelebihan energi kendali diri,
bau kencur vs bau tanah. Menggunakan pendekatan sejarah kritis. Penggunaan
teknologi anjuran dalam ujaran bebas di media massa non-mainstream,
melipatkan keuntungan ganda yang lebih tinggi daripada teknologi literasi beradab.
Adalah
watak asli vs akal sehat. Akal tidak sekedar simbol fungsi pembeda antara
manusia dengan makhluk hidup lainnya ciptaan-Nya. Hakikat pada nilai, kadar,
porsi réligiusitas. Akal diri saat mencerna ketauhidan. Akal mendasari
keimanan. Kian anak bangsa pribumi nusantara berakal, banyak akal maka akan
berbanding lurus dengan kekurangan akal sehatnya. Akal sehat dirawat dengan
asupan gizi, pasokan vitamin religi.
Pemerintah
merasa ringan beban karena ada kelompok umur yang mampu membuka peluang usaha
merakyat, lapangan kerja murah meriah. Berbanding lurus dengan politikus
beratribut penyelenggara negara, yang gemar makan uang negara. Pasal bersegera
makan uang negara tanpa tunggu aba-aba dewan pengawas.
Tak
salah kaprah, kalau anak bangsa tahunya politik karena tradisi keluarga, usaha
produktif atau industry rumah tangga. Tak jauh-jauh dengan contoh keluarga alat
negara, aparatur sipil negara. Melahirkan istilah klan, keluarga politik,
dinasti politik, trah darah politik atau sebutan lainnya. Anak cucu ideologis
menjadi kebanggaan semu perlu stimulus ramuan. Sehingga tak perlu sekolah
politik.
Apa
pun kebijakan partai. Faktor “U” (uang) bisa membuat orang yang “buta politik”,
mulus dilantik jadi wakil rakyat dan /atau kepala daerah. Tersedia paket sekali
pakai atau paket terusan. Modal partai politik dadakan mampu mengantarkan
manusia ekonomi langsung masuk barisan pembantu presiden. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar