faktor ABCDE, efek
domino di rumah saja
Mata rantai pandemik covid-19, yang mana dimana rumah
tinggal menjadi kubu, beteng pertahanan paling diandalkan. Status sementara
bertajuk ODP (ora duwe penghasilan) tak bikin kendur semangat. Bisa praktik
kreativitas dan produktivitas. Hobi yang tersisa, didaur ulang dengan rekam
jejak.
Kode etik, etika kerja, SOP di tempat mencari nafkah,
membelengu kinerja fitrah diri. Mengaca dan mengacu judul olah kata “dilema
protokol kemanusiaan, patuh karena butuh vs taat karena niat”. Kendati pakai
istilah ‘kemanusiaan’ tak otomatis masuk ranah serba manusia. Bebas ranah atas
ketertarikan masing-masing pihak yang merasa masih manusia.
Menjadi manusia banyak aturan. Rambu-rambu berbasis
simbol universal kian membuktikan bahwa manusia buta aturan main. Maunya serba
bebas tanpa aturan. Terlebih saat sibuk dengan kegiatan menyendiri, mandiri
tanpa interaksi dengan pihak mana pun.
Kontribusi positif kawanan loyalis penguas berkat
kerajinan tangan liwat ujung jari tangan. Efektivitas protokol kesehatan,
menampilkan jati diri manusia dari semua aspek kehidupan.
Adalah mereka, memang terjaga fitrahnya. Sikapi efek
karantina rumah sebagai hikmah kumpul keluarga 24 jam. Gaya hidup kembali ke
alam menjadi pelipur lara. Manfaatkan waktu sesuai tradisi religiusitas
keluarga. Optimalkan realisasi Ahli Ibadah. Menyesuaikan diri dengan kebijakan
pemerintah, bijak tampil selaku Ahli Masjid.
Kebiasaan selaku manusia sosial. Lanjutkan aksi
lingkungan berupa Bakti Sosial. Ketua RT mendadak sibuk dengan urusan daya
belanja warga. Menjadi perpanjangan tangan terakhir pemerintah daerah. Jaga jarak
sosial karena warga merasa senasib. Jenuh di rumah, nimbrung di kumpul
keluarga. Penyemprotan lingkungan.
Jika semua warga melakukan hal yang sama untuk
lingkungan. Muncul penggaya modal Cakap Kata. Tampak sibuk dengan ujaran
pengisi waktu. Tak ada yang minta apalagi ditunjuk untuk menjadi juru penerang.
Pandai-pandai memposisikan diri. Terlebih jika diliput masuk WA group RT.
Karena usia, alasan bau tanah, pilih aksi Duduk Manis. Memang
ikut aksi lingkungan tanpa reaksi berlebih. Sesuai kadar umur. Mau buka mulut,
takut melantur karena lidah sudah lentur. Mulut tak canggung dan tanggung-takut
ketika masuk sesi santap hidangan. Di rumah, gaya klasik baca surat kabar
terbitan terbatas. Menyimak acara layar kaca untuk memperlambat proses penuaan.
Evaluasi Mandiri setelah PSBB atau 14 hari pertama liwat.
Abaikan pasal mudik, pulang kampung, lebaran di tanah kelahiran. Utamakan
langkah diri pasca agresi covid-19. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar