Halaman

Minggu, 19 April 2020

membangun dan atau mewujudkan negara sejahtera


membangun dan atau mewujudkan negara sejahtera

“Pembangunan adalah upaya sistematis dan terencana untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat secara berkelanjutan dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia secara optimal, efisien, efektif dan akuntabel.”

(sumber: RPJMN 2015-2019 dan Strategi Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat)

Tak perlu pakai kalimat pemikat. Namun kiranya janganlah ditafsirkan bahwa manusia dan masyarakat menjadi subyek pembangunan. Tepatlah kiranya pemerintah selaku petugas pembangunan telah mempunyai kualitas hidup jauh di atas ambang bawah atau rata-rata manusia dan masyarakat.

Apapun definisi kualitas hidup manusia dan masyarakat. Bisa-bisa bisa terkait kalimat kunci: adil makmur sejahtera. Lepas dari standar global, kata ahlinya, simpul kisah sukses negara maju. Pakai budaya nusantara yang sudah teruji oleh zaman.

Sebelum jauh melantur, ingat BPS. Jika ada manusia dan masyarakat walau dengan persentase besar masuk di luar mahzab ‘adil, makmur, sejahtera’ secara konstitusional mendapat stigma sebagai masyarakat kurang beruntung.

Manusia dan masyarakat adil, makmur, sejahtera sudah terwakili. Secara simbolis, manusia dan masyarakat yang masuk kategori, kriteria ‘adil, makmur, sejahtera’ versi BPS sudah terdapat di setiap provinsi. Masalah persentase, tidak masalah. Bahkan ada yang jauh di atas rata-rata nasional, penguasa boleh tepuk dada.

Ibarat mau sapu bersih, sapunya kotor, mana mungkin. Budaya korupsi adalah “bentuk kejahatan paling ringan tapi dibutuhkan oleh sistem”. Agar sampai mengulang kesalahan tak sengaja dan dosa kecil yang sama. Lihat ujung tombak selaku pelaku pembangunan. Indeks persepsi korupsi dunia, bukti yuridis negara sejahtera

Macam penyelenggara negara, aparatur sipil negara, alat negara maupun sebut apapun. Syarat adminstrasi fokus pada butir: kaya lahir batin, kuat jiwa raga, kuasa jasmani rohani. Indeks stabilitasnya masuk zona hijau plus.

Setelah daripada itu beralih ke komposisi 3 komponen pola pikir, lagak tindak, gaya ucap menentukan akhlak seseorang. Pastikan nilai eksistensi teranyarkan yaitu dilema protokol kemanusiaan, patuh karena butuh vs taat karena niat. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar