generasi nusantara
kemudaan dan atau kelamaan jemur gigi
Untuk sehat saja perlu bukti fakta global akibat
politik tidak sehat. Perang dagang antar benua yang diwakili negara merasa
supermaju, merasa sekali polisi dunia berhadapan langsung melawan negara merasa
kuat tanpa alat perang. Bermula dari pola perang dagang. Merembet ke adu licik.
Rasa nasionalisme di kedua pihak tergantung nilai komersial.
Pendekatan bahasa dan kebahasaan ‘perang dagang’
menghasilkan pola bebas bentuk dan bebas garis. Yang mau perang, tetap perang. Yang
mau dagang, tenang-tenang asal perdagangan tak terganggu. Hebatnya, pasal
tuntutan damai dunia, khususnya siapa melawan siapa, menjadi kabur, buram,
tersamar secara manual.
Sebagai negara asal-muasal bahan peledak serta
kambing bakar. Ternyata mampu juga negara memproduk bahan ledak yang tak kasat
mata. Formula ini entah apa sebutannya, menjadi komoditas utama kedua belah
pihak yang berperkara.
Kedudukan strategis nusantara di kancah dunia. Pengalaman
membuktikan atau malah menguak aneka fakta yang selama ini terpendam bak bahan
tambang. Kandungan alam pulau Papua bisa mengkayakan negara adidaya. Sejalan dengan
daripada itu, kekayaan ideologi negeri tirai bambu mampu mewarnai jagad politik
nusantara.
Adalah kiranya
jagad anak bangsa pribumi nusantara. Zaman ‘nasakom’, gaya berbarat menjadi
musuh utama kaum revolusioner. Musik ngak-ngik-ngok plus jingkrak-jingkrak tak
sesuai dengan budaya leluhur yang luhur. Pergeseran adab politik. Zaman rezim
politik Orde Baru yang mendukung PKI dibabat habi sampai cindil abangnya. Namun
secara politis dibiarkan berkelana, mengembara bebas tanpa wadah.
Hebatnya, formulasi peradaban plus resep
berkemajuan bangsa dan negara, terasa hambar sesampainya ke yang berhak. Laga kandang
demokrasi dengan sajian utama oper-operan kursi. Duka dan derita anggota
masyarakat akibat invansi, intervensi Covid-19 bukannya. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar