Halaman

Minggu, 12 April 2020

generasi nusantara kemudaan dan atau kelamaan jemur gigi


generasi nusantara kemudaan dan atau kelamaan jemur gigi

Untuk sehat saja perlu bukti fakta global akibat politik tidak sehat. Perang dagang antar benua yang diwakili negara merasa supermaju, merasa sekali polisi dunia berhadapan langsung melawan negara merasa kuat tanpa alat perang. Bermula dari pola perang dagang. Merembet ke adu licik. Rasa nasionalisme di kedua pihak tergantung nilai komersial.

Pendekatan bahasa dan kebahasaan ‘perang dagang’ menghasilkan pola bebas bentuk dan bebas garis. Yang mau perang, tetap perang. Yang mau dagang, tenang-tenang asal perdagangan tak terganggu. Hebatnya, pasal tuntutan damai dunia, khususnya siapa melawan siapa, menjadi kabur, buram, tersamar secara manual.

Sebagai negara asal-muasal bahan peledak serta kambing bakar. Ternyata mampu juga negara memproduk bahan ledak yang tak kasat mata. Formula ini entah apa sebutannya, menjadi komoditas utama kedua belah pihak yang berperkara.

Kedudukan strategis nusantara di kancah dunia. Pengalaman membuktikan atau malah menguak aneka fakta yang selama ini terpendam bak bahan tambang. Kandungan alam pulau Papua bisa mengkayakan negara adidaya. Sejalan dengan daripada itu, kekayaan ideologi negeri tirai bambu mampu mewarnai jagad politik nusantara. 

Adalah kiranya jagad anak bangsa pribumi nusantara. Zaman ‘nasakom’, gaya berbarat menjadi musuh utama kaum revolusioner. Musik ngak-ngik-ngok plus jingkrak-jingkrak tak sesuai dengan budaya leluhur yang luhur. Pergeseran adab politik. Zaman rezim politik Orde Baru yang mendukung PKI dibabat habi sampai cindil abangnya. Namun secara politis dibiarkan berkelana, mengembara bebas tanpa wadah.

Hebatnya, formulasi peradaban plus resep berkemajuan bangsa dan negara, terasa hambar sesampainya ke yang berhak. Laga kandang demokrasi dengan sajian utama oper-operan kursi. Duka dan derita anggota masyarakat akibat invansi, intervensi Covid-19 bukannya. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar