negara multipartai vs
dewan perwakilan partai
Kemajemukan nusantara harus diimbangi atau
tersalurkannya kedaerahan pada sistem pemerintahan. Dewan perwakilan daerah
masih belum bunyi di strata nasional. Secara formal aspirasi daerah sudah
terwakili.
Jelas maksud, sistem kepartaian menjadikan partai
politik sebagai kendaraan politik yang multiguna, multimanfaat dan laik laji di
semua model palagan. Tepatnya, lebih bermanfaat karena memanfaatkan sistem masyarakat
yang homogen, status politik berimbang dengan kadar jiwa religi serta gaya
hidup moderat, semi-terbuka dan selektif proporsional. Kelompok, kominitas
masyarakat ini tidak mudah terjebak tradisi politik yang jauh dari nilai etika
dan moral agama.
Pukul rata, dorongan umur sebagai bangsa dan rakyat
merdeka dari penjajahan bangsa asing. Karakter moral agama tidak mampu menjiwai watak politik
para kawanan atau oknum politisi sipil dan proses politik nusantara.
Daya pikat nikmat dunia masih menentukan garis
besar haluan partai politik. Prinsip HAM menjamin keseimbangan antara kebebasan pribadi,
perorangan, individu berkorelasi dengan stabilitas masyarakat dan lingkungan
hidup.
Secara formulasi normatif, garis demarkasi antara high
politics dengan low politics bisa dilacak dengan mendefenisikan high
politics sebagai politik adiluhung, politik moral, politik nilai, pakai
ilmu. Mengutamakan kebutuhan rakyat, khususnya rakyat staus ekonomi sehari atau
kelompok elit (ekonomi sulit). Secara historis, kian memantapkan kelompok
penekan (pressure group), yang disebut kelompok aspiran murni.
Jaringan kominkasi berbasis media sosial, mampu
membangkitkan semangat ukhuwah yang selama ini lelap. Bukan terbuai alam mimpi.
Inrevensi, invansi model penjajahan oleh bangsa sendiri terasa masif, harian 24
jam.
Generasi ikutan mampu mempengaruhi prosese
legislasi, bahkan mampu menentukan penetapan dan penerapak kebijakan politik. Perjuangan
moral (moral force) anak bangsa beradab dan berkepribadian, untuk
mewujudkan kehidupan bermasyarakat yang bermartabat Pancasila. Bukan sekedar
mengimbangi modus berbangsa, bernegara sebagaimana dilakukan dalam pola manipulasi,
rekayasa oleh kelompok kepentingan (interest groups).
Pihak lain, keberadaan
low politics mengacu pada politik praktis, politik jalanan model hukum
rimba, atau perilaku nyata yang terkait
pengelolaan kekuasaan secara langsung, atau sebagai pemain kekuasaan. Menjadi model
praktik demokrasi nusantara. Maksudnya, biaya politik sampai proses
rekapitulasi dan penetapan pemenang sudah ada aturan mainnya. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar