Halaman

Senin, 13 April 2020

laga demokrasi nusantara, uber dan oper-operan kursi


laga demokrasi nusantara, uber dan oper-operan kursi

Indonesia masih menjadi negara keempat di dunia berdasarkan besaran jumlah penduduk. Jumlah penduduk sesuai kondisi kualitas akan menjadi modal pembangunan. Sebaliknya, bisa-bisa bisa menjadi beban pembangunan. Jangan cepat putus angan-angan. Justru kondisi marginal penduduk sebagai modal mencari dan atau menambah bantuan lunak pihak asing, dalih menimbun  utang luar negeri atau pola berkerja sama vs bersama kerja taraf global.

Jadi, simpul sementara yang aman. Perkuatan dari dua sisi, dua kutub agar bangsa besar penduduk dapat berproses dan berpacu bersama waktu. Pertama dan yang utama adalah pembentukan keluarga dan rumah tinggal yang sejahtera. Kedua yang selalu menjadi momok demokrasi adalah kepemimpinan yang mengakar kuat di rakyat.

Pengorganisasian keluarga, rumah tangga hanya tepat guna, tepat manfaat pada skala RW atau sebutan lainnya, di bawah kelurahan/desa. Karena pelayanan adminstrasi tak kenal waktu, buka 24 jam dan berkantor di rumah para ketua. Ketokohan masih pegang peran sebagai pimpinan lokal tanpa liwat pemilihan, penetapan dengan SK maupun penunjukan. Serba otomatis dan berjalan alami antar generasi.

Namun ketika hirarki kemasyarakatan  yang merupakan sinergitas orang per orang. Urusan bermasyarakat bukan sekedar penjumlahan tetapi jumlah plus atau kelipatan. Mirip orangtua bekerja untuk satu anak tentu beda dengan cari nafkah untuk banyak anak atau anak banyak. Pada saatnya bila giliran tiba, maka diperlukan organisasi mengurus urusan orang lain.

Struktur organisasi bisa dibakukan atau disesuaikan karakter lokal. Permasalahan muncul di negara sekaliber apa pun, ketika banyak pihak mampu merasa menjadi pimpinan maupun wakil rakyat segala tingkatan. Khususnya berskala nasional. tanpa pengalaman perintisan dari akar rumput, langsung naik panggung dan duduk manis di kursi keterpilihan rakyat.

Kursi lokal karena ketinggiannya, menjadi incaran pemain klas nasional. Sebaliknya, pemain tataran tarkam. mengincar kursi nasional. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar