Halaman

Selasa, 07 April 2020

dilema generasi bebas hambatan, ekspresi wajah vs bahasa tubuh


dilema generasi bebas hambatan, ekspresi wajah vs bahasa tubuh

Akankah karena antara ideologi dengan idiot-logi, beda tipis, sama kasta. Adalah 9 Desember 2019, pernah kutayangkan judul olah kata “servis politik plus-minus, bahasa tubuh vs ekspresi wajah”. Bukan kebetulan semalam, iseng ikuti kasus Covid-19. Siapa duga ada siaran langsung karena ada asumsi wam, awal, asal yaitu Covid-19 macam codot, kelelawar atau kampret. Binatang malam. Pemerintah malam hari.

Di stasiun TV siapa ada bunyi nyinyir tapi bukan pariwara, iklan. Singkat kata pakai wajah mirip manusia. Mirip banci atau waria. Topik bunyi pengantar gambar tak jauh-jauh dari rambut. Tergantung di mana mau tumbuh di area kepala ybs. Sudut gambar tampilkan nilai plus saja. Komen promo malah meyakinkan pemirsa ada otak udang di balik kepala batu.

Tanpa pola banding, tanding, sanding dengan kepala pihak kamar sebelah. Jelas karakter polesan, tempelan, sepuhan. Kendati masih karoseri dan komponen lokal. Kalau vermak, operasi plastik sebatas wajar komersial. Kepalanya saja begitu, maka bentuk badan, postur, struktur tubuh secara anatomis tak beda jauh.

Tanpa disebutkan sebagai pemakan segala. Ybs pernah diet agar tetap awet gaya. Status kemanusiaannya, menjadi percontohan generasi tanpa sebutan. Mirip ujar bang haji “yang haram saja susah didapat, apalagi yang halal”. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar