Halaman

Senin, 13 April 2020

dilema protokol kemanusiaan, patuh karena butuh vs taat karena niat


dilema protokol kemanusiaan, patuh karena butuh vs taat karena niat

Kendati pakai istilah ‘kemanusiaan’ tak otomatis masuk ranah serba manusia. Bebas ranah atas ketertarikan masing-masing pihak yang merasa masih manusia. Menjadi manusia banyak aturan. Rambu-rambu berbasis simbol universal kian membuktikan bahwa manusia buta aturan main. Maunya serba bebas tanpa aturan. Terlebih saat sibuk dengan kegiatan menyendiri, mandiri tanpa interaksi dengan pihak mana pun.

Saking maju dan laju peradaban melampaui ketahanan manusianya. Mau teguk air, manfaatkan aplikasi antar minuman ongkir gratis. Sambil menunggu rasa haus menumpuk. Padahal, kaki tinggal melangkah untuk ambil air di gelas pribadi. Pakai keringat sendiri, ke warung terdekat yang masih buka, beli air putih kemasan. Nalar ekonomis, mau bantu usaha keluarga sadar, kelompok usaha kecil bidang perairan.

Terjadilah budaya, pangsa pasar, ceruk bisnis yang sekiranya untung bersih serupiah tadi order meriah-ruah, tak pernah sepi. Praktik dan sigap 24 jam. Narasi kian menjauh dari substansi judul. Letak seni berolah kata. Tanpa pemahaman tapi memahami situasi yang sedang menjalar. Duduk manis saja bisa dikenai pasal mau berbuat ribut. Melakukan persekongkolan atas nasib yang sama. Mufakat menjala di air keruh. Padahal, sudah terbukti memperkeruh suasana dengan alat ujung jari. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar