Halaman

Kamis, 14 Mei 2020

politik puritan nusantara, ketergantungan pada sejarah masa lalu


politik puritan nusantara, ketergantungan pada sejarah masa lalu

Bangsa besar mempunyai sejarah besar. Termasuk RI yang mampu memerdekaan diri dari penjajahan oleh bangsa asing. Pengalaman hidup dijajah kongsi dagang, di bawah kendali bangsa asing, mempertahankan kemerdekaan menghadapi agresi militer negara lain, menjadikan inspirasi, ilham pernyataan alinea pertama Pembukaan (preambule) UUD NRI  1945, tersurat:
Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan peri-keadilan.

Permasalahan berbangsa dan bernegara, menjadi masalah menerus, berulang tipikal, monoton, balik dan atau ganti nama, berkelanjutan dan selalu teranyarkan setiap periode pemerintah.  Anak cucu pelaku sejarah masih merasa berhak menentukan sejarah lanjutan.

Selaku bangsa besar karena jumlah populasi penduduk nomor empat dunia, efek domino alih peradaban, dari sistem feodal langsung masuk kata sistem pemodal. Secara sadar diri anak bangsa pribumi nusantara menyandang majority with minority mentality (mayoritas tetapi dengan mental minoritas). Bukan karena tidak percaya diri. Terbukti di tahun politik 2018 dan 2019, bagaimana lagak bin galak kawanan loyalis penguasa menghadapi frontal lawan politik atau pihak beda pilihan.

Perputaran roda ekonomi didominasi oleh kelompo minoritas. Kawanan minoritas mampu menguasai mayoritas aset ekonomi nusantara. Efek logis, manusia ekonomi atau pengusaha semiglobal, multinasional mampu mendikte idustri politik. Biaya politik menjadi penentu kisah sukses penguasa.

Mengaca dan mengacu kehidupan masa lalu sebagai pelajaran. Mau melaju ke masa depan jangan mengandalkan kaca spion. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar