Halaman

Selasa, 19 Mei 2020

antara daya disiplin dengan jiwa merdeka


antara daya disiplin dengan jiwa merdeka

Penggunaan lema ‘antara’ sebagai kata depan, berkonotasi jarak, pilihan. Diperbingung lagi dengan penerapan kata sambung, mau pakai ‘dengan’ atau ‘dan’. ‘Antara’ karena ada beda tempat, beda orang, beda waktu lebih pas. Kalau pilihan, pakai lema ‘atau’. Bahasa kalau dieksatakan, malah berantakan.

Ternyata, judul tidak mempersoalkan kaidah pembahasaan. Dua unsur utama ada pada diri manusia. Soal apakah masing-masing punya bilik, kamar mandiri. Menyatu dalam aliran darah serta bergerak bebas bolak-balik. Kondisi eksternal memacu memicu eksistensi keduanya, yang ujung-ujungnya bisa saling meniadakan.

Politik santun menjadikan anak manusia dominan mengikuti alunan dan lantunan internal. Merasa punya hak penuh atas dirinya. Tapi tak bisa membuktikan kepenguasaan atas dirinya. Misal ringan, sudah larut malam, mengapa tak mampu mengkomando sang jiwa agar lelap. Andalkan obat tidur paling parah. 

Mengunakan waktu untuk acara rutin harian, siang waktu kerja. Otomatis masuk malam waktu istirahat. Tergantung profesi. Secara manusiawi, orang cerdas karena mampu memanfaatkan waktu secara paralel, bersamaan. Orang bijaksana, taka da waktu jeda. Tidur pun jiwa tetap terjaga kendati bebas hukum agama. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar