dilema protokol
kesehatan, bantuan sosial vs parpol wong cilik
Beda latar belakang kejadian. Malah menjadi ajang
pembuktian mana yang selama ini tulus dan yang sebaliknya. Kalkulasi politik
menjadikan pihak tertentu mati-matian bersuara sampai kemungkinan ambil sikap
abstain alias tak mau tahu. Macam mendadak terjadi bencana alam. Karena tugas
ada yang bertindak langsung. Karena panggilan kemanusiaan ada yang tanggap
reaksi bersegera, bergegas.
Pandemik yang pasti global masuk wilayah nusantara. Berwujud
agresi covid-19. Sumber segala sumber virus ada di negara paling bersahabat. Tak
perlu heran akhirnya APBN dan atau APBD 2020 dipangkas dari atas. Menjadi paket
bagi-bagi sembako sambil pamer bego. Aspek kesehatan menjadi bahan edukasi. Aspek
edukasi menayangkan dalil untung-rugi pelaku bisnis.
Pergerakan manusia dibatasi dan dijaraki sesuai jarak
aman penularan. Bonus demografi secara langsung teracak. Manusia produktif
dalam batasan usia, di rumahkan sampai batas waktu daya tahan ekonomi negara. Ekonomi
warga skala RT/RW mendadak kreatif, produktif.
Ahli ibadah bermain logika. Berjuang antara ikhtiar yang
satu dengan ikhtiar lainnya. Ibadah sosial jangan dipendam, diperam atau ditinggal
di rumah. Bentuk dan tingkat kepedulian, ikatan sosial antar warga selaku
pencegah tangkal sebaran mahluk biang penyakit mematikan.
Lembaga politik yang biasanya merasa dekat dengan rakyat.
Merasa dibutuhkan rakyat saat ada musuh yang sama. Ambil sikap berkebalikan
dengan muncul parpol bak jamur di musim hujan. Tanpa komando, parpol pro-rakyat
mendadak tiarap. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar