Halaman

Rabu, 27 Mei 2020

over petok-petok, keok sebelum berkokok


over petok-petok, keok sebelum berkokok

Mental ayam sayur langsung dong, judul mengacu, mengaca jarwo dosok “jawa” yaitu jaler dan wadon. Frasa “sing ngendok petok-petok” jelas babon. Tugas ayam jago untuk berkokok jelang fajar berkibar. Soal ada jago berkokok di tengah malam, karena kandangnya terang. Mitos atau lain pasal, serahkan kepada ybs.

Pada alam masyarakat manusia, peolok-olok politik tidak kenal emansipasi. Tanpa batas umur atau usia. Ironis binti miris, oknum atau kawanan penyandang gelar akademis semangkin berderet akan berbanding lurus dengan peningkatan daya ingat. Tepatnya hafal kredo berbasis kata makian, umpatan, nista.

Tahun politik 2018 dan 2019 mengingatkan dalil “jas merah” alias jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah. Propaganda PKI di zaman Orde Lama rasanya mengilhami modus olok-olok politik. ‘Nasakom’ jiwaku menjiwai parpol wong cilik (perpaduan dinamis antara proletar dengan rakyat jelata).

Arus globalisasi plus minus dinamika masyarakat nusantara, seolah anak bangsa pribumi bersatu menghadapi agresi covid-19. Semula penguasa adem-ayem menghadapi pandemi virus corona Wuhan. Nusatara selaku negara paling bersahabat dengan China, yakin aman. Seperti biasa sebagai negara yang tak diperhitungkan eksistensinya.

Jadi, bagaimana nasib telur ayam yang biasanya masuk hotel dan restoran berklas. Ayam kampus bisa-bisa terdongkrak martabatnya. Bermain di rumah saja pindah ke rumah saja yang lain.  “Jago kandang” tetap delus-leus karena jinak-jinak buaya. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar