dilema pilar keempat demokrasi, penganjur vs pengujar
Nusantara sudah lama sadar diri mempraktikkan semboyan “siapa menguasai
media akan menjadi penguasa”. Pasal kendali mutu, satuan tugas stabilisasi, pengawasan
melekat hulu ke hilir, sensor dan karantina bersubsidi, sertifikasi awak media
sampai penerapan kaidah berbahasa Indonesia dengan benar, betul, baik, bagus.
Pengarusutamaan pasal bagaimana menjaga martabat bangsa vs wibawa negara di
mata asing. Anti nista nama baik penyelenggara negara, tak kurang bongkaran pasal
hukum peninggalan Belanda maupun produk unggulan legislasi.
Politik santun menjadi anutan walau tak pernah dibakukan. Klimaksnya,
sejarah nasional yang terbiasa direkayasa, dimodifikasi, dimanipulasi demi
kepentingan penguasa. Menggeliat bak macan bangun tidur. Justru memanfaatkan
agenda politik penguasa. Tahun politik 2018 dan 2019, muncul olok-olok politik.
Tahu diri menjadi atau lebur bersama hoaks. Senjata makan tuan, mangsa balik
pemberi umpan. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar