Halaman

Selasa, 12 Mei 2020

yang kutulis untuk nantinya


yang kutulis untuk nantinya

Pertama. Pasca sholat subuh berjamaah di masjid komplek perumahan versi KPR-BTN. Usai doa bareng. Tahulah bahwasanya apa yang akan terjadi 24 jam ke depan, masuk perkara gaib. Hak prerogatif Allah swt. Namun selaku hamba-Nya, punya hak hubungan antara yang diciptakan-Nya dengan Yang Maha Pencipta.

Minimal mohon ridho-Nya agar tetap mampu melaksanakan segala perintah-Nya dengan cerdas plus menjauhi segala larangan-Nya dengan kuat dan total. Mendapat “bocoran” apa saja yang harus kulakukan. Bahkan bernafas, olah nafas kehidupan tanpa tindah turun tangan-Nya, mustahil.

Buklan gangguan, godaan, bisikan, rayuan setan. Memang begitulah kontrak politik antara iblis (dari golongan jin) dengan Allah swt. Setan merasuki pribadi manusia bersama aliran darah. Ujung kuku jari yang dekil menjadi markas favorit setan. Banyak pasal yang menyebutkan akhirnya tubuh manusia menjadi persemaian setan dengan segala atribut politiknya.

Kedua. Setiap lihat status statistik pemirsa di blogger pribadi. Bermula ucap hamdallah, masih ada pemirsa yang tersangkut. Soal skala ideal 1 jam 1 pemirsa. Mohon kepada-Nya agar menggerakkan hati pemirsa dan calon pemirsa untuk dengan metode kata dan atau kalimat cari di internet, tertambat di produk olah kata saya.

Saat perenungan di masjid sesuai alinea pertama. Tak percuma dan tangan kosong. Terbayang tema yang layak diolah. Bahkan bagaimana seharusnya wujud alinea pertama sebagai penarik minat.

Seperti biasanya, saat berjibaku dengan judul yang sementara. Selalu saja ada kalimat yang layak nantinya menjadi tema atau judul. Ikhtiar lain, dengan mengoplos judul lawas plus alinea pertamanya. Sebagai bahan banding, sanding, tanding. Kerennya, mengacu pada tulisan sendiri, biar nyambung atau sebagai pengingat. Tak baik meninggalkan olahan lama tanpa rasa terima kasih. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar