yang kutulis untuk nantinya
Pertama. Pasca sholat subuh berjamaah di masjid komplek
perumahan versi KPR-BTN. Usai doa bareng. Tahulah bahwasanya apa yang akan
terjadi 24 jam ke depan, masuk perkara gaib. Hak prerogatif Allah swt. Namun selaku
hamba-Nya, punya hak hubungan antara yang diciptakan-Nya dengan Yang Maha
Pencipta.
Minimal mohon ridho-Nya agar tetap mampu melaksanakan
segala perintah-Nya dengan cerdas plus menjauhi segala larangan-Nya dengan kuat
dan total. Mendapat “bocoran” apa saja yang harus kulakukan. Bahkan bernafas,
olah nafas kehidupan tanpa tindah turun tangan-Nya, mustahil.
Buklan gangguan, godaan, bisikan, rayuan setan. Memang
begitulah kontrak politik antara iblis (dari golongan jin) dengan Allah swt. Setan
merasuki pribadi manusia bersama aliran darah. Ujung kuku jari yang dekil
menjadi markas favorit setan. Banyak pasal yang menyebutkan akhirnya tubuh
manusia menjadi persemaian setan dengan segala atribut politiknya.
Kedua. Setiap lihat status statistik pemirsa di blogger
pribadi. Bermula ucap hamdallah, masih ada pemirsa yang tersangkut. Soal skala
ideal 1 jam 1 pemirsa. Mohon kepada-Nya agar menggerakkan hati pemirsa dan
calon pemirsa untuk dengan metode kata dan atau kalimat cari di internet,
tertambat di produk olah kata saya.
Saat perenungan di masjid sesuai alinea pertama. Tak percuma
dan tangan kosong. Terbayang tema yang layak diolah. Bahkan bagaimana
seharusnya wujud alinea pertama sebagai penarik minat.
Seperti biasanya, saat berjibaku dengan judul yang
sementara. Selalu saja ada kalimat yang layak nantinya menjadi tema atau judul.
Ikhtiar lain, dengan mengoplos judul lawas plus alinea pertamanya. Sebagai bahan
banding, sanding, tanding. Kerennya, mengacu pada tulisan sendiri, biar
nyambung atau sebagai pengingat. Tak baik meninggalkan olahan lama tanpa rasa
terima kasih. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar