Halaman

Minggu, 24 Mei 2020

dilema orientasi tunas bangsa nusantara, sabun cair vs tisu serbaguna


dilema orientasi tunas bangsa nusantara, sabun cair vs tisu serbaguna

Efektvitas globalisasi dan pasar bebas dunia tak terasa sebagai momok sesuai dalil bonus demografi. Sejak tahun 2012 hingga 2035 Indonesia memasuki era bonus demografi. Momen ini akan bergerak menuju terbukanya window of opportunity secara maksimal pada tahun 2028 hingga 2031. Struktur penduduk didominasi oleh mereka yang berusia produktif (15–64 tahun). Lebih besarnya jumlah penduduk usia produktif dibandingkan dengan usia nonproduktif tersebut menawarkan peluang, kesempatan sekaligus tantangan yang sangat besar.

Idealnya, pertumbuhan ekonomi secara maksimal dapat terjadi ketika rasio ketergantungan berada di bawah angka 50. Kondisi ini juga disebut sebagai the window of opportunity (jendela kesempatan).

Besar kecilnya “jendela kesempatan” akan tergantung pada tingkat pengendalian penduduk. Karenanya sangat penting untuk terus berpartisipasi dalam program Keluarga Berencana (KB) dengan slogannya “Dua Anak Cukup”. Program KB menjaga agar struktur penduduk tetap berada pada titik ideal untuk mendapatkan bonus demografi.

Keberhasilan KB pada dekade 1980-an yang didukung oleh partisipasi masyarakat yang baik terhadap program ini telah terbukti berhasil mengubah struktur usia penduduk Indonesia yang sebelumnya lebih banyak berusia nonproduktif menjadi lebih banyak usia produktif.

Disebut jendela karena sifatnya yang memang terbatas. Pergerakan struktur umur yang dinamis menyebabkan bonus demografi hanya terjadi pada satu periode tertentu dan akan berlalu setelah itu.

Sebenarnya, yang dimaksud bonus demografi adalah kondisi ketika terdapat potensi manfaat ekonomi, terjadi karena jumlah penduduk produktif lebih banyak dari jumlah penduduk usia nonproduktif, atau angka rasio ketergantungan menurun di bawah angka 50. Kalau menyebut angka 50 berarti 50 per 100, atau 50 penduduk usia belum maupun sudah tidak produktif ditanggung oleh 100 penduduk usia kerja atau masih produktif.

Karena itulah sifatnya disebut “bonus”, yaitu mendatangkan keuntungan. Namun apabila suatu negara tidak dapat memanfaatkannya pada periode yang tepat, maka harus bersiap menghadapi masalah berikutnya, yaitu peningkatan rasio jumlah penduduk lanjut usia yang akan menjadi beban dan tidak diantisipasi dengan baik.

Kelas pekerja inilah yang kemudian juga akan menjadi masyarakat kelas menengah dengan tingkat konsumsi tinggi. Diproyeksikan jumlah kelas pekerja di Indonesia adalah 135 juta orang pada tahun 2030 nanti (McKinsey, 2012).

Untuk memperoleh keuntungan dari bonus demografi hingga 2035 tersebut, maka penduduk Indonesia harus produktif dan dapat menjadi mesin pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, jangan malah menjadi sumber munculnya konflik sosial antarkelas di masa depan.

Sementara itu, jumlah penduduk Indonesia yang besar menjadi magnet bagi kegiatan ekonomi, bukan hanya oleh masyarakat Indonesia, tetapi juga orang dari negara lain. Akibatnya, para pencari kerja di dalam negeri harus bersaing secara langsung dengan para pencari kerja yang berasal dari negara-negara anggota ASEAN.

Jadi, urutannya begini: dimulai dari kehamilan yang sehat, lalu pemenuhan gizi, kemudian pendidikan yang berkualitas, baru masuk ke pasar kerja dengan kualitas tinggi.

LALU APA HUBUNGANNYA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DENGAN BONUS DEMOGRAFI? Jelas sangat berhubungan. Karena untuk mencapai bonus demografi, setiap negara harus dapat memaksimalkan potensi generasi yang ada. Salah satu caranya adalah memastikan keberadaan masyarakat yang terjaga kesehatannya.

BEBERAPA TAHUN TERAKHIR PEMERINTAH MEMANG MENGGALAKKAN PROGRAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD). Program ini untuk menunjang persiapan generasi baru menyongsong usia produktifnya. PAUD bertujuan mengoptimalkan segala aspek perkembangan anak seperti kognitif, bahasa, fisik, sosial dan emosional sedini mungkin atau anak usia prasekolah.

Sumber utama buku “siapa mau bonus? peluang demografi Indonesia”, tidak untuk  diperjualbelikan, Kominfo agustus 2014. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar