sigap covid-19,
perputaran Rp skala RT/RW
Kemandirian, kedaulatan, ketahanan daya bugar bangsa
nusantara merasa teruji oleh agresi covid-19. Penerapan protokol kesehatan WHO,
tidak serta merta diserap utuh, ditelan mentah-mentah. Selain karena merasa kondisi bangsa tahan
cuaca. Sistem demokrasi mengatakan suara daerah, sebagai daerah tujuan
covid-19, lebih menentukan.
Lebih mendasar sampai akar rumput selaku basis persatuan,
kesatuan dan keutuhan Indonesia. Norma tradisi adab, moral, rukun, guyub dan semaksud
lainnya masih menjadi acuan hidup. Budaya adiluhung mampu mencegah tangkal
gempuran peradaban dan rayuan zaman.
Roda politik daerah sedemikian dinamis yang rumit dilacak
ujung pangkalnya, apalagi cita-cita mulai kebangsaan. Teritorial, kewilayahan
menjadi tolok ukur penentu ruang juang, bidang garap, ladang amal elite lokal.
Status sosial, klas ekonomi, kasta politik masih lebur oleh suasana lokalitas.
Efek karantina wilayah, isolasi fungsi atau peruntukkan
sampai kebijakan dirumahkan, membuat ingat jaga agama, ilm, jiwa, harta,
keluarga. Rumah tinggal tidak hanya sebagai tempat inap malam bagi keluarga super
sibuk , uber urusan dunia. Industri rumah tangga, usaha keluarga, pemanfaatan
tanah pekarangan, halaman sampai pengembangan arisan warga.
Produksi makanan ringan, olah lauk pauk klas komplek
perumahan. Harga jual sesuai kantong penyandang WFH, dirumahkan, phk sementara
tanpa pesangon plus kebijakan. Masyarakat terimbas ODP alias ora duwe penghasilan,
bingung mau belanja pakai apa. Aneka tagihan bulanan tak mau tahu dan kompromi.
Pensiunan memanfaatkan jaringan lama, memasok bantuan
sosial terbatas. Menjadi agen pemasok santapan. Sistem komisi karena kondisi
ekonomi tidak terpuruk. Kreativitas, produktivitas teruji oleh kondisi
eksternal. Pemerintah bukan salah perhitungan hanya meleset mengambil kebijakan
proaktif, antisipatif. Otonomi daerah menjadi sulit diseragamkan dengan kebijakan
nasional. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar