dialog anak rantau,
ngambang tapi nyambung plus nyambung tapi ngambang
Shaf pertama masjid lingkungan kawasan perumahan KPR-BTN. Jamaah isya’ plus
sambung sholat tarweh. Relatif jamaah
tetap dari 5 waktu. Sehari jelang akhir plus Jumat terakhir Ramadhan 1441H. Daya
batin saling berbisik.
Sambil rapikan sajadah bawa sendiri-sendiri. Seorang jamaah menyeletuk ke
kiri: “Ini yang terakhir . . .”. Pihak lawan bisik paham tanpa angguk kepala. Langsung
punya jawaban sendiri: “Senin sudah bisa . . . . “ sambil tampak berpikir
sesuai bahasa daerahnya.
Daya tanggap pelempar isu pertama, cukup enak di cerna kuping jamaah yang
jaga jarak masih bisa sayup-sayup. Jelasnya: “Iya, tapi puasa syawal tidak ada
tarwehnya”. Dialog pengisi waktu jelang azan isya’ menjadi bahan perenungan.
Sebegitunya tingkatan, kadar iman umat Islam yang larut – apalagi masuk
kategori usia senja – tergembleng ibadah wajib berpahala lipat, puasa Ramadhan.
Daya jangkau rencana hidup akrab dengan agresi covid-19. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar