ketika politisi kian
menyatu dengan kursi
Selaku syarat susbtansial dasar. Faktor seharusnya dipunyai atau sebagai
pratanda. Soal lain perkara, puncak karier politisi ketika bisa menjadi wakil
rakyat, kepala daerah, kepala negara. Pilah pilih paket politik sekali pakai,
setelah itu ditelan zaman. Tersedia paket terusan yang boros ongkos.
Ingat judul didaur ulang menjadi “panguwasa mbalèni lan mbélani kursiné”. Penyelenggara negara yang merasa satu periode belum berbuat apa-apa. Artinya,
jika berdampak menjadi warga binaan, siap kondisi berepisode. Paham biaya
politik pada tarif kursi, tahu tarif waktu duduk vs biaya nomor kursi. Tahu kode
etik penerapan sanksi hukum.
Bisnis politik menjadikan pihak pembeli kepercayaan, merasa berhak
menentukan nasib bangsa dan negara. Manusia ekonomi tak betah antri atau
bersaing antar sesama, langsung terjun ke panggung, ajang laga politik nusantara. Alat negara terimbas
politik transaksional menambah aroma irama politik manasuka.
Tarik mundur hitungan lima tahun penuh, siang malam. Manakala dalil defacto
maupun dejure, itu bisa dikompromikan. Tiap tahun kontrak politik bisa
direvisi ringan, diperpanjang dengan tarif progresif atau balik nama.
Pergantian antar waktu menjadi pasal pembenaran terjadinya peremajaan. Terlebih
bagi oknum cacat politik. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar