Halaman

Selasa, 19 Mei 2020

dilema lagi wae lungguh, dudu urusanku vs sak karepmu


dilema lagi wae lungguh, dudu urusanku vs sak karepmu

Nilai kemanusiaan teruji bukan untuk karena tahu mana yang benar, baik, bagus, betul atau ikhwal sebaliknya, bertolak belakang, kontradiksi. Pengalaman selain jadi guru gratis, bisa menjadi rekomendasi untuk ambil sikap tepat manfaat. Jaga diri dengan fakta di depan mata, jika tepo seliro malah bikin awak sengsara atau sengsoro.

Pertama. Banyak pihak atau pribadi karena berada di tempat yang tidak tepat, pada waktu tak semestinya. Menjadi saksi mata atas aneka kejadian perkara kehidupan. Bagi yang ingin tampil beda, tanpa diwawancarai akan menerocos beri penjelasan.

Sebagian yang lain, ambil sikap, tindakan, aksi penyelamatan diri masing-masing dan atau keluarga. Menghadapi serbuan air hujan dalam paket banjir. Terjadi di satu komunitas, kawasan maka asas gotong royong masih asli dan spontanitas. Tidak ada faktor reduksi karena beda pilihan.

Menyangkut tidak pidana kejahatan – selain tipikor – kendati adegan terjadi di depan mata tanpa berkedip. Jika protokol hukum dan keadilan bicara. Serta merta, mendadak menolak dijadikan saksi mata. Selaku saksi meringankan, harus liwat siang meja hijau. Bisa-bisa nyawa jadi taruhan. Apalagi hukum tegak karena siapa yang berperkara.

Kedua. Contoh klasik, ada orang teriak minta tolong di kubangan. Timbul tenggelam karena bukan ahli renang. Atau ada arus kuat, arus bolak-balik atau arus sedot. Namanya kubangan tentu berlumpur, beda jauh dengan kuala lumpur.

Semua manusia di lingkar pertama, ring utama tempat kejadian perkara, langsung berpikir cepat. Mencari alasan jitu, masuk akal dengan risiko minimal untuk jika mau menolong. Solidaritas sosial sebatas saling pandang, saling jajak dan malah musyawarah bebas tanpa topik.

Paling aman, panggil atau memberi petugas keamanan. Semuan urusan dalam kondisi kritis tersebut serahkan kepada pihak berwenang, berwajib. Mereka yang terlatih sigap siaga siap sedia 24 jam. SOP global yang sudah disesuaikan dengan kondisi lokal.
. . . . . . .
Ketika menghadapi musuh yang sama. Tunggu maklumat pemerintah, tentang kebijakan penetapan sebagai musuh rakyat atau selaku musuh negara. Utamakan protokol politik luar negeri. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar