Halaman

Selasa, 19 Mei 2020

mbebeki lan mbanyaki


mbebeki lan mbanyaki

Bukan bentuk teranyarkan olok-olok politik, ujaran nista diri atau perubahan, revitalisasi episode tragedi ulangan jaga wibawa petugas partai. Tiap kepala negara membawa, meninggalkan kesan, pesan kadar presiden yang baik. Tak elok kalau diungkap hal sebaliknya. Presiden unggul atau baik di mata global, memang sesuai kontrak politiknya.

Zaman Orde Lama terkait, terikat swasembada pangan. Terdapat menu oplosan “tekad” teman atau pengganti beras. Akronim dari ketela, kacang dan djagung. Jelang Pemberontakan PKI 30 September 1965, rakyat sudah diperkenalkan diperkenankan antri beras. Bantuan pangan dari Amerika Serikat berbentuk bulgur. Diolah, dimasak menjadi apa saja selain bisa ditanak, diliwet. Awet dan mengembang di lambung.

Beras pembagian pegawai harus meliwati proses ditampi. Terjadi pemilahan, pemilihan: gabah dikumpulkan untuk dikupas, menir disatukan dan sisanya berupa pasir, kotoran atau bahan pemberat. Sekam atau serbuk beras plus butiran lainnya tak bisa dkonsumsi. Protes sudah dilarang, dianggap kontra-revolusioner, antek-nekolim.

Soal lauk telur ayam. Masuk kategori mewah. Jika pembelahan telur rebus simetris tapi  beda ukuran kuning telur. Bisa menimbulkan gesekan antar saudara kandung. Dibagi tiga, perlu alat timbang. Paling aman, dibuat telur dadar dicampur sayur dan tepung. Bukan tepung kanji untuk ngelantang celana atau baju dril.

Baru tahun pertama periode kedua presiden ketujuh RI, menu kursi politik nusantara mengalami retak rambut, keropos dalam. Menghadapi agresi covid-19 yang mendunia, pendemi, pagebluk. Tahu-tahu . . . [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar