protokol sadar
nusantara, pergi tanpa nama vs pulang tinggal nama
Ketika berjuang tidak harus panggul senjata. Namun untuk menjadi pecundang,
cukup liwat jasa usjung jari tangan. Duduk manis di rumah, dunia serasa dalam
genggaman. Memproduk aneka karya hoaks, menyajikan ramuan jurus ujaran
nista diri, menebar dan menabur kabar virus perusak peradaban, menggembalakan
angin pemecah persatuan.
Kebijakan pemerintah menetapkan dan mentrapkan kebijakan satu data, gayung
bersambut oleh kawanan loyalis penguasa. Sebaran foto bukti kinerja
penyelenggara negara, wibawa kepala negara. Betapa merakyatnya presiden sampai
tebar sembako. Betapa peduli alat negara terhadap eksistensi rakyat papan
bawah.
Di pihak lain, maraknya generasi gumunan mengalami penyakit degenaratif
akibat gagal paham dengan pemanfaatan satu data ramai-ramai. menyebabkan mereka terejebak pusaran susah
tahu salah diri vs mudah tebak salah orang.
Generasi gumunan adalah anak bangsa pribumi nusantara dengan gangguan
kemampuan komunikasi, mengalami
penyimpangan dalam bidang perkembangan bahasa tulis. Disebabkan oleh faktor
fisik, psikologis, fisiologis dan lingkungan
atau sosiokultural; serta gangguan perilaku,
gangguan motorik. Tak sengaja masuk kategori retardasi mental.
RM adalah perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap, terutama
ditandai dengan adanya hendaya (impairment) keterampilan (skills)
selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada semua aspek inteligensi,
yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik, dan sosial.
Terdapat defisit atau gangguan fungsi adaptif pada komunikasi, kendali dan control
diri sendiri, hidup eksis di keluarga, kemampuan sosial/interpersonal di
kehidupan bermasyarakat, pembuktian kemampuan akademik.
Bersyukur, masih ada dalil politik abal-abal tahu sama tahu,
hujat/hina/kritik penguasa vs jilat/sanjung/puja-puji penguasa. Tempat praktik
hukum tak bertuan. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar