Halaman

Rabu, 20 Mei 2020

protokol sadar nusantara, pergi tanpa nama vs pulang tinggal nama


protokol sadar nusantara, pergi tanpa nama vs pulang tinggal nama

Ketika berjuang tidak harus panggul senjata. Namun untuk menjadi pecundang, cukup liwat jasa usjung jari tangan. Duduk manis di rumah, dunia serasa dalam genggaman. Memproduk aneka karya hoaks, menyajikan ramuan jurus ujaran nista diri, menebar dan menabur kabar virus perusak peradaban, menggembalakan angin pemecah persatuan.

Kebijakan pemerintah menetapkan dan mentrapkan kebijakan satu data, gayung bersambut oleh kawanan loyalis penguasa. Sebaran foto bukti kinerja penyelenggara negara, wibawa kepala negara. Betapa merakyatnya presiden sampai tebar sembako. Betapa peduli alat negara terhadap eksistensi rakyat papan bawah.

Di pihak lain, maraknya generasi gumunan mengalami penyakit degenaratif akibat gagal paham dengan pemanfaatan satu data ramai-ramai.  menyebabkan mereka terejebak pusaran susah tahu salah diri vs mudah tebak salah orang.

Generasi gumunan adalah anak bangsa pribumi nusantara dengan gangguan kemampuan komunikasi,  mengalami penyimpangan dalam bidang perkembangan bahasa tulis. Disebabkan oleh faktor fisik, psikologis, fisiologis  dan lingkungan atau sosiokultural; serta gangguan  perilaku, gangguan motorik. Tak sengaja masuk kategori retardasi mental.

RM adalah perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap, terutama ditandai dengan adanya hendaya (impairment) keterampilan (skills) selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada semua aspek inteligensi, yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik, dan sosial.

Terdapat defisit atau gangguan fungsi adaptif pada komunikasi, kendali dan control diri sendiri, hidup eksis di keluarga, kemampuan sosial/interpersonal di kehidupan bermasyarakat, pembuktian kemampuan akademik.

Bersyukur, masih ada dalil politik abal-abal tahu sama tahu, hujat/hina/kritik penguasa vs jilat/sanjung/puja-puji penguasa. Tempat praktik hukum tak bertuan. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar