Halaman

Senin, 11 Mei 2020

gagal mental dan ketergantungan politik pasca covid-19


gagal mental dan ketergantungan politik pasca covid-19

Potensi dan kemampuan internal anak bangsa pribumi nusantara, serasa tergembleng selama tahun politik 2018 dan 2019. Berkat berkemajuan dengan dukungan perangkat TIK, bisa melakukan tindak apa saja. Stres normal menstimulus daya kerja hormon rasa aman atau rasa malu, rasa enggan. Langsung menjadi merasa laik tanding.

Argumen yang terbangun adalah berjuang liwat ujung jari tangan. Memproduk aneka ujaran bumi hanguskan lawan, libas tuntas tanpa ampas. Pakai ilmu membabi buta, seruduk sana seruduk sini. Kurang akal sehat pakai gaya bebas, tak perlu norma. Pokoknya sukses dunia baru hati ini puas.

Menghadapi agresi covid-19, “kecil !”. Pihak penabur, penebar virus peradaban manusia bebas dan bebal berkelanjutan. Daulat rakyat, demokrasi hanya terasa nyata di tingkat akar rumput, skala lingkungan kluster, RT/RW. Kian meningkat sampai tatanan dan tataran negara, kuasa politik menjadi bukti tragedi.

Maksudnya, demokrasi, daulat rakyat sudah diserahkan total ke juara umum pesta demokrasi. Pelaksana tugas demokrasi multipartai merasa pegang nasib bangsa dan negara lima tahun ke depan. Daya libas kawanan loyalis penguasa kian tajam ke bawah. Sigap babat kaki lawan atau pihak yang tak menguntungkan.

Habis agresi covid-19 hadir intimidasi mental oleh. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar