ketika kursi tak berisi
Jarwa dosok kursi adalah “mungkur yèn isi”. Penjelasan
sesuai versi bahasa ibu pemirsa yang biduman. Menakar ratio wakil rakyat,
banyak rakyat banyak kursi. Jujur saja
kawan. Khususnya kawanan loyalis penguasa. Wajib syukur. Masih ada anak bangsa
yang menyiapkan diriya, mengabdikan dirinya untuk menjadi wakil rakyat. Tingkat
kabupaten / kota, tingkat provinsi maupun tingkat pusat.
Berapa jumlah layak parpol peserta pemilu. Apakah semakin
banyak provinsi berbanding lurus dengan kebutuhan partai politik. Jargon “ringan
berisi” yang dipakai awak media massa berbayar. Berita ringan bisa dipoles,
dioplos, dikanibal, divermak sesuai peringkat. Jasa pengganda berita plus
gembala penabur, penebar aneka ujaran kebencian.
Ingat ilmu padi. Padi yang bernas, padat, sintal akan
tunduk karena sarat isi. Jangan pakai pasal, dalil ‘bst’ (banding, sanding,
tanding) dengan pihak penyuka ilmu kondom. Gaya kepemimpinan seolah berkorelasi
dengan ukuran kursi. Mirip ukuran sepatu, busana, topi. Kebesaran utawa longgar
memang syarat busana kebesaran.
Bobot kursi tak pakai ukuran kasat mata. Bukan pada
syarat teknis: bahan, struktur, skala plus aksesoris, alat kelengkapan, alat
perlindungan atau atribut mendongkrak wibawa pengguna. Jika terkait dengan
status kursi tahta, simbol penguasa jagad. Lain perkara beda pasal. Tak ada
ikatan dan kaitan moral dengan kasus merasa pewaris kursi notonegoro.
Jagad pemimpin Jawa, lebih mengacu kepada kisah sukses
pemimpin masa lalu. Mulai dari raja, wali atau penyebar agama Islam serta tokoh
pergerakan sampai pemimpin tak berkursi. Agar atraktif bersambung, gaya
kepeminpinan diformat dengan bingkai, bungkus bahasa politik dan hukum politik.
Dilengkapi bumbu politik pemimpin tiban, dapat rejeki kursi tumbang, kursi tak
bertuan.
Menjadi pemimpin karena punya kelebihan. Dalam sistem
demokrasi nusantara, harga jual kursi tergantung kelebihan suara pemilih. Kesemuanya
akan menentukan biaya politik. Angka keamanan sruktur kursi sudah
mempertimbangkan berat sendiri dan beban hidup. Setiap kejadian menjadikan
perlu ada penyesuaian tarif perkuatan dan ketahanan kursi. Minimal ingat dalil tarif
waktu duduk vs biaya nomor kursi. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar