agresi covid-19, topdown
vs otonomi daerah
Adalah komunitas profesional dan akademis, kalangan
ilmuwan plus cerdik cendekia negara, kelompok manusia nusantara berakal sehat
plus panjang akal, ditambah komponen swasta peduli nasib bangsa. Merancang bangun
skenario mengendalikan alam.
Ekspansi ke alam lain menembus langit pertama selimut
bumi. Pengalaman manusia merasa mampu menginjakkan kaki ke bulan, menambah rasa
derajat martabat manusia penguasa alam. Daya khayal akal mengembara bebas tanpa
batas waktu dan tempat. Dunia dalam genggaman.
Pasang surut ketahanan mental manusia kelebihan
akal, mengandalkan jumlah populasi terbanyak sedunia. Atas nama negara, demi
negara maka modus operandi seliar apapun masuk skala prioritas partai tunggal. Skenario
Penguasa Alam Semesta, akan ditandingi bahkan merasa lebih digdaya.
Singkat kata agar tak panjang lidah. Nusantara kecolongan
menjadi korban agresi covid-19. Rakyat tabu tahu skenario persahabtan bilateral
dengan negara produsen covid-19. Kalau bansos APBN dan atau APBD sampai tingkat
RT/RW, wajar bin begitulah seharusnya.
Ironis binti miris, pembantu presiden sampai hati
tindak turun tangan, blusukan, gugus tugas kendali mutu urusan RT/RW. Apa kata demokrasi. Bukan karena tak mau merugikan negara, pakai pasal menjual negara. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar