Halaman

Jumat, 15 Mei 2020

menang tanpa ngasorake vs menang tapi berwatak asor


menang tanpa ngasorake vs menang tapi berwatak asor

Adagium, paribasan Jawa, peribahasa bahasa Jawa bermakna dinamis, menerus dan adaptif. Semula merupakan kesimpulan dari aneka kejadian di kehidupan bermasyarakat yang tipikal, berulang tanpa ada perubahan yang berarti. Nyaris menjadi kejadian alami, sesuai atau sejalan dengan perjalanan waktu yang tak pernah ingkar.

Karena pelakunya beda orang, walau masih ada hubungan darah. Kejadian paralel antar lokal di tanah Jawa atau bawaan wong Jawa. Tidak juga. Sudah menjadi hak milik bangsa. Apa yang dimaksud dengan kata, lema “menang”.  Sesuai penafsiran pemirsa. Bebas ungkap, bebas main singkap. Hindari sikap apriori.

Sejarah memang mewartakan adanya pengulangan kejadian. Mengikuti peradaban membuat watak manusia mampu mengalahkan watak bawaannya. Mendadak lupa akan asal muasalnya. Namun bangga dengan jasa dan daya juang leluhur, bangga dengan nama baik kakek moyangnya. Seolah tinggal melanjutkan, seolah mewarisi kuasa politik.

Pemirsa tergiring mengikuti alunan aroma irama politik liwat narasi ringan. Kontémplasi berbasis penerawangan akan laku manusia yang tak jauh-jauh dari akar kehidupan. Tanpa melibatkan angan-angan politik liar. Meraik sukses sebagai tujuan akhir. Butuh pengorbanan diri di satu pihak pada dirinya. Kian lengkap dengan mengkorbankan pihak lain secara tak sengaja namun layak diprakirakan.

Terjemahan bebas negara berdasarkan hukum, undang-undang, konstitusi menjadikan pihak berwenang membuat hukum untuk kepentingan umum, kemaslahatan bangsa dan negara. Langkah dan prosedur konstitusional masih pada koridor distribusi kuasa politik dan degradasi moral elite partai.

Watak sejati manusia sifat relatif konstan pada kondisi jiwa raga stabil. Nilai kemanusiaan manusia nusantara mulai terpatok liar akibat mengakses informasi dari luar ataupun berinteraksi secara intens dalam sebuah ruang global. Orangnya masih di tempat, tapi karya uung jari tangannya merambah bebas menembus sekat ruang dan batas waktu.

Padahal, jika merujuk arti aklamasi, mayoritas, praktik demokrasi multipartai maka dipastikan dengan modal populasi penduduk peringkat keempat dunia. Maka akan menjadi bangsa unggul skala global. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar