Halaman

Sabtu, 23 Mei 2020

mayoritas bermental inferior vs minoritas bergaya superior


mayoritas bermental inferior vs minoritas bergaya superior

Dibedah dari semua aspek dispilin ilmu dan atau agama, orang akan kian terperangah. Dari rasa tak percaya menjadi biang rasa wasangka, khawatir, was-was. Semua tahu, secara pribadi akan termakan menjadi pelaku. Atau sebaliknya siap menjadi obyek harian, korban tanpa hak akibat zaman tak kenal adab. Hukum rimba nusantara kalah langkah.

Periwayatan anak bangsa nusantara yang menjadi figur, panutan, tokoh skala nasional maupun pimponan formal sampai sebutan negarawan. Elite lokal yang meneguhkan rezim monarki lokal, dinasti politik lokal. Membuktikan keseimbangan kian berat sebelah, njomplang. Seolah sosok pemimpin lahir secara alami. Atau tanpa modal berhala reformasi 3K (kuat, kaya, kuasa) mampu menjadi batu sandungan, kuda hitam.

Asumsi sejarah memang sedemikian aktual, faktual. Ketika rakyat pasca menyerahkan hak politiknya kepada wakil rakyat, kepala daerah maupun kepala negara. Tinggal terima nasib, terima jadi serta yang tak punya hak ajukan protes, petisi apalagi unjuk rasa, unjuk raga. Eksistensi, jati diri presiden saja hanya sebatas, selaku petugas partai. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar