mayoritas bermental inferior
vs minoritas bergaya superior
Dibedah dari semua aspek dispilin ilmu dan atau agama, orang akan kian
terperangah. Dari rasa tak percaya menjadi biang rasa wasangka, khawatir,
was-was. Semua tahu, secara pribadi akan termakan menjadi pelaku. Atau
sebaliknya siap menjadi obyek harian, korban tanpa hak akibat zaman tak kenal
adab. Hukum rimba nusantara kalah langkah.
Periwayatan anak bangsa nusantara yang menjadi figur, panutan, tokoh skala
nasional maupun pimponan formal sampai sebutan negarawan. Elite lokal yang
meneguhkan rezim monarki lokal, dinasti politik lokal. Membuktikan keseimbangan
kian berat sebelah, njomplang. Seolah sosok pemimpin lahir secara
alami. Atau tanpa modal berhala reformasi 3K (kuat, kaya, kuasa) mampu menjadi batu
sandungan, kuda hitam.
Asumsi sejarah memang sedemikian aktual, faktual. Ketika rakyat pasca
menyerahkan hak politiknya kepada wakil rakyat, kepala daerah maupun kepala
negara. Tinggal terima nasib, terima jadi serta yang tak punya hak ajukan
protes, petisi apalagi unjuk rasa, unjuk raga. Eksistensi, jati diri presiden
saja hanya sebatas, selaku petugas partai. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar