Halaman

Selasa, 28 Juli 2020

umur manusia plus bonus, tak bisa kurang tak dapat tambah


umur manusia plus bonus, tak bisa kurang tak dapat tambah

Disebutkan ada 3 (tiga) indikasi terkait usia senja, usia bau kubur, generasi bau tanah atau jelang jatuh tempo: mata yang mulai rabun, redup dan sayup-sayup; rambut ganti warna, makanya jangan repot uber 3U (umur/usia, uban, uzur); tulang sudah terasa lelah letih menahan beban tubuh sendiri.

Umat Islam mengenal istilah bonus hidup. Rasullulah saw dengan mengacu umur umat sebelumnya, mengatakan umur umatnya akan berkisar 65-70 tahun. Mulai sejak 2012 hingga 2035 diasumsikan Indonesia memasuki era bonus demografi. Tercatat, struktur penduduk didominasi oleh mereka yang berusia produktif (15–64 tahun). Program menurunkan angka fertilitas akan menentukan proporsi penduduk non-produktif.
Sebutan atau pemilahan penduduk yang belum produktif (<15 tahun) maupun yang sudah tidak produktif lagi (>64 tahun), menentukan angka rasio ketergantungan. Fakta Usia Harapan Hidup (UHH) penduduk Indonesia (2015) adalah 70,8 tahun. Akankah lansia akan menjadi beban negara.

Tindak amoral, laku asusila, ujaran tak senonoh jika dilakukan secara rutin menerus tanpa ada pihak yang berkeberatan. Ditambah dilakukan secara massal, aklamasi, segala usia dan gender. Ditunjang pelaku, pengguna aktif bukan orang biasa. Maka secara otomatis dianggap wajar, lumrah, lazim dan menjadi kebaikan, kebiasaan baik. Menjadi adat beradab manusia politik nusantara. Sedemikian menjiwai, mendarah daging, merasuk ke struktur tubuh manusia politik.

Fenomena bonus demografi pernah merangsang logika pakar bedah politik. Akhirnya, waktu bergulir menjadi penyelamat muka kebijakan yang tak pernah beraksi. Garis kecerdasan melek politik menambah model daya juang ideologi anak bangsa pribumi berketurunan. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar