Halaman

Sabtu, 04 Juli 2020

adab politik sinkrétis nusantara


adab politik sinkrétis nusantara

Lema, kata ‘sinkrétis’ kalau dilafalkan pakai lidah Jawa, bisa mirip ‘sing kritis’. Di kuping sayup-sayup samar mirip ujaran ‘sinkron’ atau sesuai logat dialek kebahasaan. Hindari gagal paham yang politik oleh karena itu buka tabir sejarah. Simak dengan cerdas diri. Kalau perlu panggil guru, wong pintar.

Mumpung saksi sejarah masih bisa bersaksi sesuai nilai-nilai dasar negara. Bertransaksi timbal balik saling menguntungkan dan atau saling merugikan. Kesepakatan tak tertulis tanpa tindasan. Tindak tindas konstitusional, dipelihara oleh negara. Naik peringkat aksi intim+tindas menjadi ‘intimidasi’. Modus ‘susu tante’ alias sumbangan sukarela tanpa tekanan.

Animisme-dinamisme nusantara membuahkan tuah bahwasanya simbol partai sedemkian sakral. Semakin manusia politik berakal, berbanding lurus dengan peningkatan status manusia bebal. Total tak pakai obat kuat malu. Apa daya sudah semangkin tak berdaya. Pihak mana lagi yang mau diutangi.

Nasionalisme kenusantaraan belum utuh bulat telur maupun lonjong bola lempar, masih jauh dari frasa transnasional. Demi ambisi politik, apapun sudah terjadi dan tidak bisa ditarik kembali. Kecuali jika ‘biang segala biang’ mendapat perlakuan VVIP langsung dari hukum langit. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar