bakda santap siang
kamis, malah terasa lapar
Perut ini memang sudah diformat puasa sekam (senin – kamis ). Kendati bukan
skala ideal, skala optimal antar Ramadhan. Benang merah terasa. Saat faktor eksternal
kurang mendukung. Rutinitas terjaga sepertiga akhir malam tetap eksis. Daya tawar
satu jam jelang azan subuh, jiwa raga sigap tegakkan tahajud.
Minum secangkir susu oplosan plus kopi hitam. Terkadang bermanfaat sahur puasa sunah. Agar bugar siang, porsi
ditambah satu cangkir atau kurang. Pulang dari masjid lanjut sesi rutin menu harian.
Jumat sejak kamis malam fokus ke urusan dengan-Nya. Kuping nebeng kamisan di
masjid lingkungan.
Kendati sedang tak puasa sunah sekam. Pulang dari masjid sampai siang tak
terasa lapar. Agar asupan gizi, nutrisi ke otak tidak terganggu, santap makanan
ringan berbobot. Satu jam jelang maghrib
seperti masuk penantian. Gema azan maghrib pertama, langsung meneguk minuman. Lega
merasa ada yang terliwatkan.
Jadi setiap jelang maghrib, rasanya akan mendapat nilai tambah. Walau penghuni
perut tak protes jika terjadi pemadatan. Ingat peruntukkan sepertiga volume
perut buat makanan padat. Tapi jika ada rayuan eksternal, abaikan. Sepulang isya’
diselesaikan secara demokratis. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar