Halaman

Kamis, 02 Juli 2020

bakda santap siang kamis, malah terasa lapar


bakda santap siang kamis, malah terasa lapar

Perut ini memang sudah diformat puasa sekam (senin – kamis ). Kendati bukan skala ideal, skala optimal antar Ramadhan.  Benang merah terasa. Saat faktor eksternal kurang mendukung. Rutinitas terjaga sepertiga akhir malam tetap eksis. Daya tawar satu jam jelang azan subuh, jiwa raga sigap tegakkan tahajud.

Minum secangkir susu oplosan plus kopi hitam. Terkadang bermanfaat  sahur puasa sunah. Agar bugar siang, porsi ditambah satu cangkir atau kurang. Pulang dari masjid lanjut sesi rutin menu harian. Jumat sejak kamis malam fokus ke urusan dengan-Nya. Kuping nebeng kamisan di masjid lingkungan.

Kendati sedang tak puasa sunah sekam. Pulang dari masjid sampai siang tak terasa lapar. Agar asupan gizi, nutrisi ke otak tidak terganggu, santap makanan ringan berbobot.  Satu jam jelang maghrib seperti masuk penantian. Gema azan maghrib pertama, langsung meneguk minuman. Lega merasa ada yang terliwatkan.

Jadi setiap jelang maghrib, rasanya akan mendapat nilai tambah. Walau penghuni perut tak protes jika terjadi pemadatan. Ingat peruntukkan sepertiga volume perut buat makanan padat. Tapi jika ada rayuan eksternal, abaikan. Sepulang isya’ diselesaikan secara demokratis. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar