Halaman

Rabu, 08 Juli 2020

kopi tak lagi hitam


kopi tak lagi hitam

“Beli kopi hitam, tanpa gula, sachet satu ons-an atau 100gr . . . “. Seolah menjadi syarat beli kopi di warung rakyat, usaha keluarga yang sigap diketuk malam hari. Kopi non-hitam instan dalam kemasan satu cangkir, segala merk, harga rakyat, ber-renteng menjadi ciri.

Budaya instan, jalan pintas, potong kompas, jalan tikus menjadi andalan pihak yang bebas bau keringat sendiri. mengandalkan uluran dan batuan tangan pihak lain yang layak dipercaya dan bebas ongkir. Justru seolah yang alami malah menurunkan gengsi dan martabat negara.

Kreativitas membaca peluang dan pangsa pasar, terdapat penjaja keliling sedia kopi hangat. Kopi menjadi komditas satu barang aneka harga. Sesuai lokasi, peruntukkan dan gengsi. Mirip satu zak semen, harga tergantung biaya angkut, logistik dan musim pembangunan. BBM bisa di bawah satu kendali. Termurah di antara negara-negara ASEAN.

Mata air pegunungan di desa menjadi bahan baku kemasan air mineral. Penduduk desa mau tak mau tetap beli air kemasan dimaksud. Merk dan sumber segala sumber mata air, tidak masalah. Pemutihan kopi, rasanya bukan produk unggulan manusia unggul nusantara. Anak bangsa pribumi dikenal selaku pengguna aktif produk mancanegara.

Paham ekonomi perutangan, pakai model angsuran, bukan pasal tabu. Stratifikasi sosial politik masyarakat lebur karena dan demi gengsi. Kian nyaring ketika jabatan presiden pilihan rakyat liwat pilpres, hanya sebatas sebutan petugas partai. Kondisi kian melarutkan nasionalisme.

Ikatan moral atas penemuan bentukan kelompok bermain berbangsa dan bernegara. Ikatan atas dasar kesamaan, kerataan, keseteraaan satu jiwa kepentingan bersama. Merasa satu kasta di atas rata-rata nasional. Beda pilihan layak dilibas.

Skenario terselubung global pasca perang dingin, sengaja menciptakan tatanan masyarakat kembali ke struktur masyarakat berasaskan sama-sama. Sekaligus melestarikan masyarakat papan bawah, rakyat akar rumput liar. Perubahan sosial tidak harus meningkatkan martabat. Pemberian alternatif bertujuan ganda mengkerdilkan jiwa rakyat. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar