Halaman

Rabu, 29 Juli 2020

kebisaan dan kebiasaan manusia mengharapkan dirinya


kebisaan dan kebiasaan manusia mengharapkan dirinya

Keterlibatan manusia dengan urusan duniawi. Secara fisik dimulai sejak ritual tedhak siten (mudun tanah) sampai bau tanah. Mengingat masa lalu sekaligus menghormati jasa para pendahulu bangsa, diadakan acara napak tilas, ziarah kubur, tabur bunga di laut. Lanjut tradisi sedekah bumi atau ruwatan bumi. Bukti manusia dan alam bersinerji.

Akal daya pikir, potensi nalar, kapasitas logika menjadikan manusia merasa bisa. Menu dari buah yang tumbuh di dalam tanah alias umbi. Mampu mendongkrak martabat,  diet jaga bugar  raga santap kentang rebus. Sebaliknya, masuk kasta rakyat karena makanan pokok berbasis olahan ubi dan atau singkong.

Cita-cita manusia duduk di kursi tinggi. Jauh dari hamparan bumi. Mendudukkan pantat diri di atas rata-rata lokal. Terlebih seremonial kilas balik fakta sejarah, merasa berhak selaku pewaris tunggal kursi notonegoro. Ambisi politik membuat dirinya melambung, mengangkasa  sampai batas langit bumi.

Masuk kategori generasi bau tanah, sudah tampak sinyal sukabumi. Tetap saja injak-injak tanah tanda girang atau kursi ketinggian, nafsu pun tak sampai. Dunia tak pernah lelah ngomong dan ngemong anak manusia sampai kiamat, akhir zaman. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar