kebisaan dan kebiasaan manusia mengharapkan dirinya
Keterlibatan manusia dengan urusan duniawi. Secara fisik dimulai sejak
ritual tedhak siten (mudun tanah) sampai bau tanah. Mengingat masa lalu
sekaligus menghormati jasa para pendahulu bangsa, diadakan acara napak tilas,
ziarah kubur, tabur bunga di laut. Lanjut tradisi sedekah bumi atau ruwatan
bumi. Bukti manusia dan alam bersinerji.
Akal daya pikir, potensi nalar, kapasitas logika menjadikan manusia merasa
bisa. Menu dari buah yang tumbuh di dalam tanah alias umbi. Mampu mendongkrak
martabat, diet jaga bugar raga santap kentang rebus. Sebaliknya, masuk
kasta rakyat karena makanan pokok berbasis olahan ubi dan atau singkong.
Cita-cita manusia duduk di kursi tinggi. Jauh dari hamparan bumi. Mendudukkan
pantat diri di atas rata-rata lokal. Terlebih seremonial kilas balik fakta
sejarah, merasa berhak selaku pewaris tunggal kursi notonegoro. Ambisi politik
membuat dirinya melambung, mengangkasa
sampai batas langit bumi.
Masuk kategori generasi bau tanah, sudah tampak sinyal sukabumi. Tetap saja
injak-injak tanah tanda girang atau kursi ketinggian, nafsu pun tak sampai. Dunia
tak pernah lelah ngomong dan ngemong anak manusia sampai kiamat, akhir zaman. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar