Halaman

Sabtu, 25 Juli 2020

dilema petaka negara, salah satu vs satu salah


dilema petaka negara, salah satu vs satu salah

Cerdas berbahasa, antara lain pemilahan pemilihan kosakata, khazanah, vokabuler, glosari tidak sekedar tepat standar, tepat baku. Penetapan dan penterapan judul, selaku indikasi awal cerdas diri, citra pribadi. Lanjut sampai separah kata penghabisan, pengakhiran karya tulis.

Pura-puranya mau mentelaah kehiduan bernegara. Andil apa sehingga merasa punya hak kritisi atau berkomen ria. Ikut arus modus penebar penabur berita fasik. Berbaur dengan multipihak yang bebas keberpihakan. Cari untung sekaligus berkeamanan menerus berketahanan berlanjut tak tergantung siapa penguasa defacto.

Modal status warga negara Indonesia, tak otomatis menyandang gelaran hak tersurat tersirat di UU HAM. Ingat pohon ‘randu’ akronim ‘ra nduwe duit. Bukan hukum kesimbangan, dudu dalil kesetaraan bahwasanya yang berpunya diam bin bungkam. Syarat minimal investor politik. Sutradara di balik layar tancap merangkap kategori aktor intelektual sampai aktor figuran.

Ilmu tata negara memberi sinyal positif, semakin banyak tatanan berbanding lurus negara kian kurang tata. Hukum produk kebijakan politik jangka pendek vs politik produk hukum rimba belantara tak bertuan.[HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar