dilema petaka negara, salah satu vs satu salah
Cerdas berbahasa, antara lain pemilahan pemilihan
kosakata, khazanah, vokabuler, glosari tidak sekedar tepat standar, tepat baku.
Penetapan dan penterapan judul, selaku indikasi awal cerdas diri, citra
pribadi. Lanjut sampai separah kata penghabisan, pengakhiran karya tulis.
Pura-puranya mau mentelaah kehiduan bernegara. Andil
apa sehingga merasa punya hak kritisi atau berkomen ria. Ikut arus modus
penebar penabur berita fasik. Berbaur dengan multipihak yang bebas
keberpihakan. Cari untung sekaligus berkeamanan menerus berketahanan berlanjut
tak tergantung siapa penguasa defacto.
Modal status warga negara Indonesia, tak otomatis
menyandang gelaran hak tersurat tersirat di UU HAM. Ingat pohon ‘randu’ akronim
‘ra nduwe duit. Bukan hukum kesimbangan, dudu dalil kesetaraan
bahwasanya yang berpunya diam bin bungkam. Syarat minimal investor politik. Sutradara
di balik layar tancap merangkap kategori aktor intelektual sampai aktor figuran.
Ilmu tata negara memberi sinyal positif, semakin
banyak tatanan berbanding lurus negara kian kurang tata. Hukum produk kebijakan politik jangka pendek vs politik
produk hukum rimba belantara tak bertuan.[HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar