Halaman

Rabu, 15 Juli 2020

cuma sebegitunya tak sesuai


cuma sebegitunya tak sesuai

Suhu politik di permukaan bumi nusantara menentukan daya responsif, kadar reaktif, dan potensi kepekaan yang bisa berujung fatal. Bukan fatal, malah menambah khazanah manusia bebal. Ujung-ujungnya anak bangsa pribuni turunan apkiran maupun kapiran, bangga dengan stratifikasi selaku manusia bebal.

Laga bebas antar petugas partai semua kasta, segenap strata tanpa beda gender dan warna hati, menuju 2024. Sigap pasang badan sampai adu tangkas ujaran kebencian vs ajaran kebancian. Pihak modal model “anjagakake endoge si blorok” merasa perlu turun gunung ikut rayahan gunungan kursi. Sisanya, bak cari panggung vs curi punggung.

Semakin umbar nafsu, ambisi, pamrih politik akan berbanding lurus dengan panen bencana politik secara konstitusional berkelanjutan, berepisode. Hukum produk politik vs politik produk hukum rimba, sudah bisa disiapkan sejak dini. Masuk kontrak biaya politik semua pihak. Tidak ada pasal kalah menang dalam pesta demokrasi 2024.

Mirip kondisi di jalan umum. Raungan motor knalpot bising sudah menyalip. Tapi motornya tak lewat-lewat. Kendaraan politik jalan santai, sarat antaran paket tidak satu jalan. Tahu-tahu di salip motor bodong tanpa plat nomor. Pengemudinya, tampang mirip orang kurang gizi politik, bodi gagah bercelana cepak. Duduk mengkangkang merokok satu batang tak habis-habisnya. Pakai hem kancing tidak komplit. Diklakson agar ngebut, pengemudi malah menoleh merasa tak bersalah.

Rakyat tetap berharap “angin surga”. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar