niat awal, pulang jalan
cepat langsung tanak nasi
Bukan rumusan kehidupan harian. Perimbangan diri agar hidup seimbang. Tak pakai
asas emansipasi gender, mana pekerjaan perempuan, ibu rumah tangga dan mana
kesibukan jati diri lelaki. Kalau tunggu pembagian kerja sesuai adab ber-rumah
tangga, berkeluarga. Kapan majunya.
Sistem politik non-ideologis bangsa nusantara menjadikan siapa saja, pihak
mana saja seolah layak menjadi apa saja. Ketika mereka berjibaku dengan sesama,
pasal apapun menjadi konstitusional. Silsilah keluarga mendominasi modus
politik bebas gaya.
Keluarga politik menjadi sumber segala sumber bencana politik skala lokal.
Ekologi-politik kian membaptis tata moral menjadi pasal langka. Rasanya narasi
meluber jauh dari judul. Sisa detak jantung, fokus agar mendapat nilai tambah
bagi pemirsa.
Secara gebyah uyah, keluarga besar dalam rumah layak huni minimalis, tetap rawan,
rentan, rsikan terhadap faktor pemiskinan alami. Jauh dari pemilikan keamanan dan
daya tahan ekonomi untuk bergeser ke sebutan keluarga layak hidup sederhana. Daya
saing masuk bursa pertumbuhan Indonesia di masa depan. Persaingan antar
keluarga.
Tahu-tahu bau nasi sangit, kering api kecil. Dua kali proses pemanasan,
anti mbludak. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar