Halaman

Senin, 13 Juli 2020

dilema gagap Pancasila, demokratis vs aksi lugu penguasa


dilema gagap Pancasila, demokratis vs aksi lugu penguasa

Ternyata, nyatanya dan nyaris sangat nyata, dibalik ungkapan ‘salam Pancasila’. Bak pintu masuk ke ruang khusus milik negara. Penuh tumpukan paket tindak inkonstitusional yang selama ini digembargemborkan laku anti-kemapanan, anti-nusantara dan semaksud setujuan. Bahwasanya, mau tindak inkonstitusinal banyak pesaingnya.

Mirip ujar bang haji, yang haram saja susah didapat. Pesan di muka plus lunas tanpa bunga, barisan antrian sudah sampai gerbang ibukota negara baru. Lintas laut berkat manfaat tol laut. Niat politik alat negara berkat otak-atik penguasa agar tampak berwibawa. Agar nyaring bunyinya dan bertaring sigap libas 24 jam.

Hamparan sila-sila di bumi Pancasila tidak serta merta adab bernegara sarat pancasilais. Ibu Pertiwi tersanjung perih dalam hati. Kaum Hawa tak mau ketinggalan kereta main politik global dan lintas negara. Ketika anak bangsa pribumi turunan, berada di tempat, ruang yang sama, waktu yang sama. Berlawanan arus sesuai rambu jalanan.

Hukum rimba politik nusantara, menjadi panggung laga bebas. Petugas politik naturalisasi, asimilasi bukan hal tabu, nista. Bahkan membuktikan nasionalisme berbasis pasar bebas dunia. Siapa saja berhak menjadi apa saja, berada dimana saja. Kontrak politik dalam dua bahasa. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar