tradisi gugur gunung vs rayahan gunungan kursi
Laju peradaban ditentukan oleh karya manusia berupa teknologi. Di tangan
ahlinya kian memudahkan pendayagunaan tenaga manusia. Sisanya, malah buat
mencari penyakit. Menjadi alat memperalat diri sendiri tanpa disadari. Sambil duduk
manis di dalam kamar tertutup, jauh dari ramai dan sibuk urusan dunia. Peluang
emas menistakan diri liwat jasa ujung jari tangan.
Fakta angka miskin disandang anak bangsa pribumi rumpun, ras pelahap
segala. Tabrak lari plus tubruk ambruk menjadi rumusan sukses tanpa keringat
sendiri. Berkat manfaat teknologi yang dekat jadi jauh. Yang jauh kian jauh. Pemapatan,
pemadatan waktu agar tampak bernas, sarat ilmu kehidupan.
Generasi bau kencur mengalami percepatan serba dewasa. Sebaliknya, generasi
bau tanah tetap bau tanah. Didorong agar menjadi tumbal politik. Akhirnya anak
cucu tak punya waktu untuk menunggu waktunya. Kemudahan hidup, sukses dunia
tergantung kemurahan, kebaikan orang lain. Penjajahan oleh bangsa sendiri liwat
jalur bidik kursi, konstitusional berkebangsaan dan bernegara.
Eksploitasi lingkungan hidup maupun manusia mengekspolitasi manusia,
menjadi agenda politik nusantara. Manusia akhirnya diperbudak oleh simbol,
lambang, bendera partai politik. Manusia semakin berakal akan berbanding lurus
dengan eksplorasi modus mengakali apa saja. Namun berbanding terbalik dengan
kendali diri. Seolah kehilangan hak otonomi, hak asasi atas diri sendiri secara
mandiri, pribadi apalagi berkepribadian.
Politik bermanfaat bagai rakyat yaitu yang berkursi, banyak kursinya. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar