Halaman

Minggu, 12 Juli 2020

tradisi gugur gunung vs rayahan gunungan kursi


tradisi gugur gunung vs rayahan gunungan kursi

Laju peradaban ditentukan oleh karya manusia berupa teknologi. Di tangan ahlinya kian memudahkan pendayagunaan tenaga manusia. Sisanya, malah buat mencari penyakit. Menjadi alat memperalat diri sendiri tanpa disadari. Sambil duduk manis di dalam kamar tertutup, jauh dari ramai dan sibuk urusan dunia. Peluang emas menistakan diri liwat jasa ujung jari tangan.

Fakta angka miskin disandang anak bangsa pribumi rumpun, ras pelahap segala. Tabrak lari plus tubruk ambruk menjadi rumusan sukses tanpa keringat sendiri. Berkat manfaat teknologi yang dekat jadi jauh. Yang jauh kian jauh. Pemapatan, pemadatan waktu agar tampak bernas, sarat ilmu kehidupan.

Generasi bau kencur mengalami percepatan serba dewasa. Sebaliknya, generasi bau tanah tetap bau tanah. Didorong agar menjadi tumbal politik. Akhirnya anak cucu tak punya waktu untuk menunggu waktunya. Kemudahan hidup, sukses dunia tergantung kemurahan, kebaikan orang lain. Penjajahan oleh bangsa sendiri liwat jalur bidik kursi, konstitusional berkebangsaan dan bernegara.

Eksploitasi lingkungan hidup maupun manusia mengekspolitasi manusia, menjadi agenda politik nusantara. Manusia akhirnya diperbudak oleh simbol, lambang, bendera partai politik. Manusia semakin berakal akan berbanding lurus dengan eksplorasi modus mengakali apa saja. Namun berbanding terbalik dengan kendali diri. Seolah kehilangan hak otonomi, hak asasi atas diri sendiri secara mandiri, pribadi apalagi berkepribadian.

Politik bermanfaat bagai rakyat yaitu yang berkursi, banyak kursinya. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar