homo nusantaraensis
provokatus erectus
Betapa gigihnya oknum manusia politik mempertahankan simbol parpol
ketimbang jaga persatuan, kesatuan dan keutuhan nusantara. Soal simbol negara
dilecehkan – macam presiden disebut selaku petugas partai – itu bukan
urusannya. Kadar jiwa labil tak bisa dipidana atau dapat sanksi moral.
Kilas balik ke satu ungkapan menarik dari Johan Huizinga mengenai manusia
sebagai “homo ludens”. Homo ludens berarti, “manusia
sebagai makhluk yang suka bermain-main”. Ujar Huizinga, bahwa segala tindakan
manusia terstruktur pada pola aktivitas “permainan”.
Gamblang benderang, presiden ketujuh RI sedang menjalankan “permainan
politik”. Aturan main, asal sendiko dawuh, dijamin aman. Dapat memposisikan diri selaku wayang politik sampai babak
akhir. Tidak pakai pasal PAW.
Politik bebas ideologi mancanegara, haluan parpol bebas ideologi – menang
modal dan biaya politik – seolah tampak
seperti bermain sendiri, single fighter. Padahal, pihak lawan pakai
semboyan “sing waras ngalah”. Tak perlu ikut
tabuhan genderang lawan. Cuma kuras emosi dan hamburkan energi.
Ada haluan ada buritan. Kalau sudah keterlaluan pakai jurus kabur,
mengkaburkan masalah cari jalan selamat. Bukan menjadi juru selamat bangsa.
Sebaliknya, sesuai adagium “ada uang anda selamat”. Tentu selaku negara
multipartai punya bahasa tersendiri. Menjadi bahan studi banding. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar