Halaman

Kamis, 09 Juli 2020

homo nusantaraensis provokatus erectus


homo nusantaraensis provokatus erectus

Betapa gigihnya oknum manusia politik mempertahankan simbol parpol ketimbang jaga persatuan, kesatuan dan keutuhan nusantara. Soal simbol negara dilecehkan – macam presiden disebut selaku petugas partai – itu bukan urusannya. Kadar jiwa labil tak bisa dipidana atau dapat sanksi moral.

Kilas balik ke satu ungkapan menarik dari Johan Huizinga mengenai manusia sebagai “homo ludens”. Homo ludens berarti, “manusia sebagai makhluk yang suka bermain-main”. Ujar Huizinga, bahwa segala tindakan manusia terstruktur pada pola aktivitas “permainan”.

Gamblang benderang, presiden ketujuh RI sedang menjalankan “permainan politik”.  Aturan main, asal sendiko dawuh, dijamin aman. Dapat memposisikan diri selaku wayang politik sampai babak akhir. Tidak pakai pasal PAW.

Politik bebas ideologi mancanegara, haluan parpol bebas ideologi – menang modal dan biaya politik –  seolah tampak seperti bermain sendiri, single fighter. Padahal, pihak lawan pakai semboyan “sing waras ngalah”. Tak perlu ikut tabuhan genderang lawan. Cuma kuras emosi dan hamburkan energi.

Ada haluan ada buritan. Kalau sudah keterlaluan pakai jurus kabur, mengkaburkan masalah cari jalan selamat. Bukan menjadi juru selamat bangsa. Sebaliknya, sesuai adagium “ada uang anda selamat”. Tentu selaku negara multipartai punya bahasa tersendiri. Menjadi bahan studi banding. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar