turun mesin politik pasca agresi covid-songolas
Bagaimana bunyi dalil
hubungan, interaksi antara daya capai pertumbuhan ekonomi negara dengan daya
serap tenaga kerja atau pengurangan tingkat pengangguran bebas buka-tutup. Apakah
pembukaan lapangan kerja padat karya tunai menjadi tanggung jawab pemerintah.
Kemampuan daya beli
menjadi salah satu pertimbangan sebutan miskin. Bukan pada besar pendapatan,
penghasilan per bulan maupun harian. Selama pendekatan pintu rezeki masih berpola
“ada tenaga ada bayaran” maka hukum ekonomi buatan manusia.
Orientasi penciptaan
lapangan kerja baru menjadi prestise kisah sukses pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah. Diimbangi “yang muda yang berkarya” sejalan tantangan nyata
bonus demografi. Ikhwal ini untuk atau selaku pembenaran pasal “yang manula
tetap berjaya layak nongkrong-nangkring di atas kursi kuasa politik”.
Jadi, tak perlu ada
regenerasi, sistem pengkaderan, pola pendederan bibit unggul. Serahkan kepada
kemurahan dan keramahan alam. Nasib generasi nanti-nanti tunggu uluran tangan
dari luar pagar nusa. Sistem pewarisan tetap berlaku, tak bisa diganggu gugat. Mirip
nasib rakyat miskin karena keturuan. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar