Halaman

Senin, 06 Juli 2020

seloroh senonoh vs olok-olok politik


seloroh senonoh vs olok-olok politik

Karakter bangsa berpancasila mampu mewujudkan anak bau kencur tampak matang luar plus dewasa berujar bebas. Sebaliknya, generasi bau tanah, lupa batas akhir kontrak hidup di dunia. Tua bangka ahli ibadah, wajar. Manusia politik tak akan mati tua. Walau sejak dini sudah mati angin dan mati gaya.

Semboyan kawanan politisi sipil “kalau bisa rugi bareng, jangan mau rugi sendiri”. Terpaksa untung bersama usahakan dapat banyak, komplit dan menerus. Pendulum sejarah bergerak dan tiba-tiba menunjuk ke satu arah. Mengarah ke berbagai tebaran dan sebaran pijakan ke masa depan tinggal pilih.

Kata, lema ‘untung’ tidak selalu pada zona keberuntungan. Protokol politik bak juru gadai. Mau untung harus berani rugi. Keberuntungan ibarat tema film kebenaran. Akan datang belakangan jelang film bubar. Mengilhami pesepak bola menit-menit terakhir bisa menjungkirbalikkan fakta atau prakiraan, analisa berharap-harap di atas kertas.

Haluan politik bebas bergaya pralogis, yaitu pakai logika sendiri yang tidak dipunyai oleh pelogika manapun. Tidak butuh fakta dan kebenaran, lebih fokus pada aspek khayalan, fantasi ambisi yang bertentangan dengan daya religi diri. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar