Halaman

Selasa, 07 Juli 2020

format ulang adab berpolitik nusantara


format ulang adab berpolitik nusantara

Pertangaan awal, awam sarat tanda tanya. Apa memang ada adab berpolitik. Pranata sosial secara tak langsung merupakan adab bertetangga. Adat rukun, guyub menjadi tetenger, simbol rukun tetangga, rukun warga, rukun kampung. Teritorial tempat tinggal dibilang seumur-umur bahkan ada yang beranak cucu. Saling berbesan, menjadi ajang interaksi sosial dan keluarga.

Dinamika kehidupan bermasyarakat di jalanan saja bisa mewujudkan konflik horizontal. Apalagi yang tiap hari bersua. Tetangga hanya kebagian aroma irama kinerja dapur, apalagi menu khusu, sudah dinormakan. Kilmaks antar anak kecil terjadi gesekan, acara bubar tanpa butir-butir kesepakatan. Tanpa komando kumpul-kumpul, anak-anak bermunculan lanjut acara baru. Lupa sengketa lama.

Oleh karena itu sudah menjadi suratan sejarah. Bahwasanya sila-sila daripada dasar negara digali dari pangkuan ibu Pertiwi. Bahan baku lokal masyarakat kebanyakan dengan sebutan rakyat. Fakta mendasar ini pun juga menjadi inspirasi perwujudan politik berbasis kesenjangan sosial.

Paham animisme-dinamisme atau adanya tuah politik. Sejarah malah menjadi saksi betapa kehidupan bernegara adalah turunan dari kesetaraan antar negara. Negara adidaya sampai skala zionis menentukan peta politik dunia. Negara kaya penduduk sedunia diuntungkan pasca perang dingin. Juga tidak, nusantara sudah terkontaminasi jauh tahun sebelum merdeka.

Cerdas politik penguasa negara berkembang selapis demi selapis. Tahu diri jaga ambang bawah status rakyat miskin. Selaku syarat utama ajukan ULN plus lahan subur atheis global. Bangga dengan kemiskinan menjadi daya tarik investasi dunia. Sebaliknya, secuwil surga menjadi destinasi prioritas wisman. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar