stigma
petugas partai, bokong luwih kajen ketimbang sirah
Cabang olah raga prestasi bergengsi,
saat dilombakan, ditandingkan. Motto tercepat pada lari 100m; terkuat pada
cabang angkat berat; terindah pada loncat indah. Waktu lomba dalam hitungan
detik. Butuh waktu pembibitan, pembentukan sampai jadi dalam hitungan tahunan. Tidak
dikenal atlet dadakan, karbitan, orbitan atau penunjukan langsung. Tak ada
pasal anak cucu atlet, merasa berhak bernasib sama.
Api, bukan sekedar dapat dipadamkan
dengan siraman air. Dinamika dan gengsi api, membuat wong Jawa menyusun
filosofi bahwa api ngurupi lan nguripi. Menjadi olahragawan
atau atlet tak kunjung padam, bisa layak hidup. Atau bahkan masuk kategori
masyarakat menengah. Kendati masih jauh di bawah ambang tarif, bursa transfer pesepak
bola.
Sekolah politik nusantara sedemikian
hemat biaya pendidikan. Langsung cetak jadi sesuai paket. Soal laik tanding,
sejarah yang akan membuktikan. Biaya politik tidak ada korelasi dengan daya ekonomi
negara berkembang. Bukan untuk biaya cetak politikus. Biaya mencari kursi
konstitusional. Politik menjadi agama, sudah jelas betapa peran, status dan
posisi oknum ketua umum.
Motto kuat, tangkas, cerdas
menjadikan atlet politik disulap secara instan. Umur teknis sesuai nilai jual. Dilambungkan
untuk dipukul. Digadang-gadang asal sesuai skenario, konspirasi pihak ketiga. Sesuai agenda politik pasar bebas terbuka. Tahan lama asal mampu memuaskan multipihak, asal
dapat menjaga martabat transnasional.
Laga kandang dengan biaya,
ongkos, tarif standar global. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar