doyan sebutan anak cucu penggali, ora doyan pancasilane
Bermula dari filosofi bahasa Jawa “dudu jaréné lan dudu kandané”. Dalih merekonstruksi
makna partai politik malah kian membuktikan. Otoritas dan otonomi parpol kian
terdegradasi sejalan agresivitas saat berinteraksi dengan lawan politik, beda
pilihan maupun melihat fakta rakyat sadar politik. Konstruksi sosial yang menegaskan
kemelut, kepanikan moral di kalangan kawanan anggota partai.
Otoritas partai kian mengkerucut melahirkan hak otonomi istimewa, khusus
alias prerogatif bagi oknum ketua umum. Terjadi pada partai politik kawakan, bangkot,
karatan, kolokan yang notabene adalah usaha atau industri keluarga.
Secara sadar internal partai terjadi adu kuat dengan otoritas partai yang
dinamis dan mampu membaca sejarah, membaca cuaca global. Masih di kandang yang
sama, masih tetap mengabaikan tata moral. Norma kehidupan bermasyarakat pun
lebih didalilkan dengan dalil “pejah gesang ndèrèk panguwasa”. Badai pasti berlanjut
diperkuat episode politik selaku agama bumi. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar